6 Tips for a Happy Married Life

Anda dan suami besar dalam lingkungan yang berbeda, punya kebiasaan yang berbeda, serta nilai-nilai hidup yang juga berbeda. Perbedaan-perbedaan ini baru akan benar-benar terasa ketika keduanya hidup dalam satu rumah. Jangan sampai depresi karenanya. Alih-alih tinggal bersama keluarga besar, banyak pasangan yang memilih untuk langsung pindah ke rumah baru. Menyenangkan, sudah tentu! Karena hidup berdua artinya jauh dari gangguan pihak ketiga. Namun, seperti kata pepatah yang mengatakan bahwa di dunia ini segalanya punya dua sisi mata uang, begitu juga dengan pindah ke rumah baru dengan suami. Di balik keindahannya, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh pengantin baru. Bersiap-siaplah untuk kompromi terhadap kebiasaan pasangan yang selama ini belum Anda tahu. Jangan sampai hal-hal kecil merembet menjadi hal besar.

#1 Problem: Suami suka dekorasi gaya country, Anda suka gaya kontemporer
Alih-alih ngotot bin ngambek dengan alasan bahwa sebagai istri Andalah yang paling berhak mengatur hal-hal domestik, lebih baik pikirkan solusi yang enak bagi kedua belah pihak. Biar bagaimanapun juga, suami juga ingin mendapat kenyamanan di rumah. Salah satunya adalah dengan berada di ruangan yang ia suka.
Cobalah untuk membagi ruangan mana yang menjadi hak prerogatif Anda dan mana yang menjadi hak preogratif suami. Di situlah Anda berdua masing- masing bisa berkreasi sesuka hati. Rumah dengan dua gaya bukanlah sesuatu yang tabu, demikian menurut interior-design-tutor.net. Bahkan bisa dibilang unik. Atau, mengapa tidak mencoba desain yang sama sekali baru? Bukan country, bukan juga kontemporer. Bagaimana dengan gaya klasik atau tradisional khas Indonesia? Menyenangkan lho mencoba sesuatu yang baru. Coba bersama-sama membuka-buka majalah interior untuk mendapatkan ide. Penting diingat untuk menghindari argumen soal uang seperti,”Uangku yang dipakai untuk membeli perangkat musik ini, jadi aku yang berhak menentukan gaya ruang santai keluarga.”

#2 Problem: Gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari ternyata berbeda jauh
Aha! Inilah yang dikatakan oleh orangtua, menikah dengan pacaran itu berbeda jauh. Kalau sudah tinggal serumah, baru terasa pahit-manisnya hubungan yang sesungguhnya. Pernah mendengar pasangan bertengkar hebat lantaran suami yang sering membiarkan TV menyala hingga pagi hari atau tak pernah menutup pasta gigi? Tak mustahil itu terjadi dengan Anda dalam bentuk kebiasaan suami yang berbeda tapi sama menyebalkannya. Sebelum meledak marah, ingat ini: Mungkin Anda juga punya kebiasaan buruk yang bikin sebal suami. Misalnya, malas membersihkan bak cuci piring atau membuang sampah dapur? Jika si Dia bisa meredam emosi atas kebiasaan buruk Anda, mengapa Anda tidak? Meredam emosi tidak sama dengan diam dan membiarkan rumah berantakan tanpa aturan. Meredam emosi artinya bicara baik-baik untuk mencari solusi.
Masalah-masalah kecil dalam rumah tangga, sebenarnya bisa mudah diatasi asalkan ada kesadaran dan kemauan kuat dari kedua pihak untuk mengubah diri. Kedua pihak harus mahfum bahwa sekarang tidak ada lagi pembantu atau ibu yang siap melayani dan menuutupi kebiasaan buruk harian. Tekankan ini pada pasangan. Jika ia masih keras kepala, silakan ngambek atau mendiamkannya sementara, lalu bicarakan lagi. Yakinlah suami akan mengerti karena ia sudah dewasa, bukan? Hanya berilah ia waktu untuk berubah dan menyesuaikan diri.

#3 Problem: Standar kebersihan dan kerapian juga berbeda
Sejak gadis, Anda sudah terkenal sebagai “Miss Clean & Neat”, sementara dia... terbiasa hidup dengan standar bersih apa adanya seperti layaknya kebanyakan pria. Berdebu sedikit tidak mengapa, asal jangan sampai ada sarang laba-laba. Ya benar, hidup memang harus bersih (bukan steril, mohon dibedakan). Untuk menjadi Mr. Clean & Neat, suami perlu waktu. Ingat, Anda pun mendapat julukan seperti itu tidak instan. Ada kebiasaan yang dibangun sejak kecil oleh orang tua. Jadi, untuk menjadikan suami melaksanakan standar kebersihan Anda, itu juga perlu waktu. Menurut Commission on Accreditation for Marriage and Family Therapy Education, penting bagi suami atau istri dengan standar kebersihan yang tinggi untuk mencari tahu batas kebersihan yang masih bisa dikompromi. Misalnya, selama ini Anda terbiasa mengepel rumah dua kali sehari. Pikirkan, apakah Anda bisa menerima jika rumah dipel dua hari sekali? Atau sekali sehari?

#4 Problem: Anda mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri
Padahal, mencari nafkahnya berdua! Tidak adil? Bisa jadi. Mengapa tak langsung meminta suami membantu? Tak pernah mau? Cari tahu mengapa. Suami yang dibesarkan dalam lingkungan tradisional, memang cenderung menjauhi pekerjaan domestik. Ini karena di keluarganya, laki-laki tak dibiasakan mencuci piring, masuk dapur, menyapu, dan lain sebagainya. Agak sulit untuk mengubahnya. Karena itu, diperlukan keikhlasan Anda untuk mengalah. Jika tak sanggup, carilah pembantu.Pria tradisional lebih bisa menerima peran sebagai pencari nafkah ketimbang mengayunkan gagang sapu. Hal ini bisa Anda manfaatkan dengan memintanya membayar satu atau dua asisten rumah tangga (sesuaikan dengan kebutuhan).

#5 Problem: Suami perlu privasi, Anda ingin buka-bukaan
Lagi-lagi kompromi. Masih menurut Commission on Accreditation for Marriage and Family Therapy Education, sebenarnya tak ada yang salah dengan permintaan ruang pribadi itu. Pasalnya, manusia diciptakan bukan hanya sebagai makhluk sosial, tapi manusia juga diciptakan sebagai makhluk individu. Sebagai makhluk individu, ada kalanya manusia ingin sendiri atau butuh space sendiri. Jika tidak demikian maka itu menyalahi kodrat. Nah, sekarang tugas Anda adalah merenung. Apakah dengan meminta sedikit privasi sama artinya suami punya istri simpanan? Come on! Bagaimana jika yang ia minta cuma laci pribadi? Atau Anda tak sembarangan mengutak-atik ponselnya karena ia merasa tak nyaman dicemburui? Ini permintaan yang wajar, kabulkan. Belajarlah untuk percaya dan menerima kodrat suami sebagai manusia biasa.

#6 Problem: Suami lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer
Ya..ya...ini mengesalkan. Apalagi Anda berdua masih pengantin baru. Tapi bagaimana jika memang tuntutan pekerjaannya memang demikian? Bagaimana jika sebenarnya ia menghindari lembur di kantor dan memilih pulang untuk bersama dengan Anda tapi dengan risiko pekerjaan harus beres di rumah? Ada berbagai kemungkinan yang harus Anda periksa, apakah suami di depan komputer untuk bekerja atau untuk bermain facebook. Jika yang kedua, mudah saja. Anda tinggal protes atau tawarkan kegiatan lain yang mengasyikkan. Bercinta misalnya. Jika kejadiannya karena alasan pertama (pekerjaan), mau tak mau hal ini harus dimaklumi. Cobalah ajukan saran agar suami membagi waktunya secara adil antara pekerjaan dengan bermesraan. Ketika suami bekerja, Anda bisa melakukan kegiatan atau hobi Anda sendiri. Itu juga mengasyikkan kok.




After All This Time

Pasangan baru di rumah baru harus selalu siap dengan toleransi dan kompromi. Secara mental hal ini bisa sangat melelahkan. Tak jarang sampai ada yang depresi karenanya. Jangan sampai itu terjadi pada Anda. Ketika rasa kesal muncul, ingatlah kembali cinta dan janji pernikahan kalian. Plus lakukan tip berikut ini:
• Kenanglah kembali semua kelebihan si Dia yang membuat Anda jatuh cinta dulu. Tak ada manusia yang 100% sempurna, tak ada manusia yang hanya punya sisi jelek juga. Apresiasikan rasa terimakasih atas segala kelebihan pasangan dengan mengucapkan terimakasih dan melontarkan pujian. Ini bisa menjadi sebuah oase yang menyejukkan di tengah segala perdebatan yang nyaris terjadi setiap hari.
• Cari bahan pembicaraan yang lain selain masalah rumah tangga. Take a break sejenak. Lupakan dulu tentang kebiasaannya lupa menutup pasta gigi atau kebiasaan membuang sampah. Berdiskusilah tentang hal-hal yang netral yang sedang hangat dibicarakan. Tak perlu memilih topik yang berat jika tak suka. Temukan topik yang santai namun menarik seperti buku yang baru diulas di surat kabar atau film yang sedang diputar di bioskop.
• Pergi jalan-jalan, rencanakan bulan madu mini di akhir minggu. Tak ada yang membatasi berapa kali sepasang suami istri boleh berbulan madu, bukan? Rencanakan sekarang dan lakukan akhir minggu depan. Ini penting untuk menyegarkan kembali pikiran yang sempat kusut. Jangan lupa sertakan pasangan dalam penyusunan rencana tersebut agar ia tak merasa tersisih.


Foto Dok. istimewa

LEAVE A COMMENT

Comments (1)

  • 15 Dec 15

    Marriage is about life long learning

BACK
TO TOP