Adjie Notonegoro: Hikayat Sebuah Nama II (Habis)

Mimpi Yang Jadi Nyata

Seiring berjalannya waktu, pada medio 2007, Adjie berkesempatan untuk kembali menjejakan kaki di Museo del Traje. Ini kali bukan untuk kegiatan plesiran, melainkan undangan untuk menggelar show tunggal di museum tersebut. Perhelatan tersebut mendulang sukses. Bahkan Adjie mendapat standing applause atas karya-karya busana yang dipamerkannya. Mendengar riuh suara tepuk tangan yang menggema, hatinya pun bergemuruh. Rasa bangga, haru, luruh jadi satu di dalam hatinya. Tanpa terasa bulir-bulir hangat air mata telah menjejak di pipi Adjie, “Saya tidak akan pernah melupakan hari itu. Karena selama perjalanan karir sebagai insan mode dan aktif mengikuti fashion show dalam negeri, saya tidak pernah mendapatkan standing applause. Tetapi ini di negara orang lain, justru saya mendapat penghargaan yang begitu tinggi. Saya mendapatkan standing applause. Dan sayapun tak kuasa untuk menahan tangis,” ujarnya haru.

Rasa haru dan bangga Adjie tidak berhenti sampai disitu. Sebab usai show, ia didatangi direktur Museo del Traje. Direktur itu berkata kalau ia sangat menginginkan salah satu busana koleksi Adjie, bisa ditaruh di museum tersebut. “Kata beliau, fesyen Indonesia tidak bisa dilihat dengan sebelah mata. Dan hal yang membuat saya bangga dan kembali terharu untuk kesekian kalinya adalah, akhirnya saya bisa menaruh nama Indonesia di mata dunia. Bukan nama seorang Adjie Notonegoro semata,”pungkas Adjie. Selain di Museum Madrid, berbagai karya Adjie yang lain juga menjadi koleksi dari museum mode dunia. Seperti di museum nasional Australia, New Zealand, serta The Lao National Museum, di Vientiane, Laos.

Selama 27 tahun perjalanan karirnya sebagai insan mode tentu banyak onak dan duri yang menghadang perjalanan Adjie. Namun hal itu tidak membuat semangatnya redup. Malah sebaliknya ia jadikan pelajaran untuk menggapai kegemilangan karirnya. Ia sangat sadar hidup itu tidak selalu berisi hal yang indah saja. Kehidupan itu berputar layaknya roda. Namun semua itu harus dihadapi dan dijalani dengan berani. “Dalam posisi yang tidak nyaman, sejatinya kita belajar untuk terus tumbuh dan berkembang. Hidup adalah perjuangan, hanya orang berpikiran positif dan memiliki totalitas dalam berkarya yang mampu menyelesaikannya dengan akhir yang mengagumkan.”

Foto Adit Sastradipradja

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP