Fashion Extravaganza: Sinergi Batik dan Tenun Endek

Usai berkelana menjelajahi ragam koleksi busana para desainer yang tak terhitung jumlahnya, pada 24 Mei 2014 di Grand Ballroom Hotel Harris & Conventions tiba saatnya untuk mengakhiri pagelaran busana tahunan JFFF 2014 dengan rangkaian koleksi busana yang menakjubkan persembahan dari Studio One dan Dekranasda Kota Denpasar.

Di bawah naungan Studio One, nama-nama desainer yang sudah jauh berkiprah di mancanegara seperti POPULO Batik, Friederich Herman, Rinda Salmon, Stella Rissa, Yosafat Dwi Kuniawan, dan Patrick Owen berhasil menggetarkan panggung JFFF. Membawakan 10-12 busana ready to wear, keenam desainer tersebut melansir busana yang bertemakan “Trendology”. Meski hari-hari sebelumnya tenun banyak menginspirasi para desainer, rupa-rupanya batik masih menjadi kekuatan yang mengilhami beberapa desainer. Sebut saja Yosafat Dwi Kurniawan yang melakukan hal baru dengan motif batik mega mendung dengan menyusun beads hingga membentuk mega mendung di atas busana-busana yang pernah tampil di Paris Fashion Week. POPULO Batik yang tentu saja konsisten mengkreasikan batik, untuk kali ini lebih spesifik mengeksplorasi batik asal Jogja dan Solo yang bercorak slobok, sisik ikan, tirtotedjo, gedek, ceplok dan lainnya. Hasilnya cukup mencengangkan, batik motif lawas mampu berubah wujud menjadi busana modern yang bernuansa monokrom.

Sementara untuk busana siap pakai lain yang lebih netral tanpa menggunakan wastra, datang dari Stella Rissa yang menamai koleksinya dengan “Volume 01”. Kesepuluh koleksi busana yang cocok bagi wanita sporty dan yang memiliki karakter kuat ini, sengaja mewarnai koleksinya dengan hanya satu atau dua tone dalam sepotong busananya tanpa detail corak demi menciptakan kesan clean dan simple. Lain halnya bagi Friederich Herman yang berusaha mengabadikan sebuah film berjudul “Chesea Girls” ke dalam koleksinya. Dibuai oleh film tersebut, Friederich Herman menciptakan busana sporty dengan siluet santai dengan pilihan bahan yang menunjang seperti sutra, organza, dan sifon.

Dan di akhir acara, Dekranasda Kota Denpasar berkesempatan tampil dengan sembilan desainer lokal yang seluruhnya memakai tenun endek khas Bali. Rea Cempaka, Tude Togog, Artha Dharma, Lusi Damai, Anyar by Swandewi, Sri Embroidery, Katrin Suthajaya, A.A.A Mayun Tenaya, dan Dhevinto Tito merupakan sembilan desainer yang masing-masing menampilkan busana siap pakai. Busana yang diusung pun bermacam-macam, mulai dari kebaya nyonya yang disandingkan dengan tenun endek, busana kasual, mini dress hingga long dress bercorak tenun endek yang diprint di atas bahan sifon, organza, dan lain sebagainya. Dihadiri pula oleh Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra melalui rangkaian fashion show ini, diharapkan tenun endek mampu menarik minat masyarakat terhadap tenun endek.

Teks: Mery | Foto: Vaesy

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP