Langgam Alas Kaki Rayuan Pulau KelapaSebagai salah satu fashion item, keberadaan sepatu merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap insan, baik pria maupun wanita. Selain keindahan bentuk, kenyamanan menjadi faktor utama dalam menentukan sepatu yang akan dipilih. Kedua hal inilah yang ditawarkan oleh Marista Santividya.
Desainer sepatu yang mengawali karirnya dari membantu usaha nenek dan ibu ini, akhirnya menerima pesanan atas rancangan sepatunya sendiri, dan akhirnya mendirikan usaha sendiri dengan label yang mangangkat namanya, Marista Santividya.
Meski mempelajari ilmu desain di luar negeri, lulusan Institute Europeo di Design, Roma dan Ars Sutoria Milan ini mengaku sangat Indonesia. Mengapa? Karena detil rancangannya justru terinpirasi dari setiap hal yang berbau Indonesia. Salah satunya adalah tema ‘le tropique’ yang diusung dalam peragaan tunggal pertamanya di Hotel Grand Kemang, Rabu 21 Mei 2014, yang tercetus ketika tengah mendengarkan lagu Rayuan Pulau Kelapa. Indahnya ombak dan lambaian pohon kelapa dan pohon pisang seketika hinggap di pikiran dan dituangkan dalam selembar kertas. Tak heran detil tali terbelah bak daun pisang, ataupun hak sepatu yang meliuk bagaikan ombak pun hadir di sepatu rancangan perempuan kelahiran Bandung ini.
Beragam model hadir dalam peragaan yang menampilkan lima belas pasang sepatu ini. Sepatu bertumit rata yang santai, sepatu bersol pasak/wedges dalam desain yang feminin, juga sepatu jinjit dengan hak gemuk ataupun hak runcing/stiletto hadir dengan kecantikannya masing-masing. Penggunaan bahan baku dari dalam negeri seperti kulit ular, kulit kambing, domba, juga sapi bahkan kayu dan lem yang digunakan pun buatan lokal, mewakili kecintaan Marista pada Tanah Air.
Selain itu, untuk Mereka yang ingin sepatu yang cantik namun tak terlalu mewah dan nyaman dikenakan sehari-hari, Marista pun menampilkan lini keduanya, shunique, yang menghadirkan sepatu-sepatu cantik yang begitu nyaman dengan harga terjangkau.
Teks : Setia Bekti | Foto : Vaesy