Puasa Mutih dan Pingit, Ritual Sarat Makna yang Mulai Jarang Dilakukan

Jelang pernikahan yang sudah di depan mata, calon pengantin tentu wajib mempersiapkan diri. Tidak hanya persiapan fisik, tetapi persiapan mental pun harus mendapatkan perhatian. Tahukah Anda bahwa kebiasan calon pengantin zaman dahulu melakukan puasa mutih dan pingitan selama tiga hingga lima hari merupakan persiapan yang mencakup keduanya. Tapi sayang tradisi tersebut perlahan ditinggalkan dengan beragam alasan, salah satunya sudah tidak relevan di masa kini yang sudah modern.

Kurangnya pengetahuan akan nilai positif yang tersimpan dalam puasa mutih dan pingit yang menjadi bagian dari tradisi khususnya adat Jawa, menjadi cikal bakal dua kebiasaan tersebut jarang dilakukan lagi oleh para calon pengantin, khususnya calon pengantin wanita. Padahal, meski dunia semakin modern, dua hal tersebut merupakan kebiasaan baik yang memiliki makna dan nilai positif. Ingin tahu nilai positif apa saja yang terkandung, simak uraian berikut ini.

Dipingit
Calon pengantin perempuan pada zaman dahulu wajib menjalani pingit yang memakan waktu tiga sampai lima hari. Dalam tradisi ini aktivitas wanita sebagai calon pengantin dibatasi hanya diperbolehkan di area rumah. Tradisi ini bersangkutan dengan keselamatan, serta menjaga interaksi calon pengantin baik wanita maupun pria agar tidak mudah dipengaruhi dunia luar, salah satunya godaan dari lawan jenis yang berpotensi menggagalkan pernikahan. Menurut pengalaman, tidak sedikit rencana pernikahan berakhir akibat orang ketiga yang hadir tiba-tiba. Biasanya godaan terbesar datang di saat-saat pernikahan yang tinggal menghitung hari. Sebagai ujian kesetiaan yang mampu dilewati atau tidak, juga saat tingkat stres sedang meningkat tajam. Di situlah masa pingit bekerja yang akan meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan seperti kehadiran orang ketiga.

Tradisi yang berada di tengah modernitas pun beradaptasi agar keberadaannya tidak dilupakan begitu saja. Tradisi pingit zaman dahulu dimana belum mengenal internet atau media sosial, calon pengantin cukup berdiam diri di rumah. Namun saat ini, dengan kemajuan teknologi yang dapat menjangkau area manapun, pingitan tidak cukup dengan berdiam diri di rumah, namun sebaiknya juga menonaktifkan smartphone serta jaringan internet.

Puasa mutih
Puasa mutih menjadi bagian dari proses pingitan. Dengan tujuan, terutama bagi calon pengantin wanita agar mendapatkan penampilan sempurna. Selama menjalani puasa mutih, calon pengantin dapat tetap makan dan minum namun hanya berupa nasi putih dan air putih. Seperti puasa yang dijalani sebagai ibadah, puasa mutih juga dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Juga dipercaya dapat memberikan penampilan manglingi di hari pernikahan.

Puasa mutih juga dimaknai untuk memutihkan diri bagai kertas putih untuk menyambut kehidupan baru. Serta manfaat lainnya dengan menjalani puasa mutih dapat menekan nafsu makan yang pada akhirnya berefek melangsingkan badan. Jadi yang dapat disimpulkan tradisi dari nenek moyang bukan tanpa manfaat, pada dasarnya tradisi yang dilahirkan bermakna dan memiliki kegunaan yang kadang tidak disadari.

Foto: Dok. Tazia dan Doni by Mottomo Photography, Dok. Tiqa dan Emyr by Why Moments, Dok. Tarra dan Gya by Owlsome Project, Dok. Istimewa

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP