Ali Charisma dan 6 Burgonians Istituto di Moda Burgo Indonesia

Menerapkan sistem yang menitikberatkan pada praktik dibandingkan teori, Istituto di Moda Burgo Indonesia sebagai sekolah mode asal Italia, ingin agar pelajarnya yang biasa disebut burgonians dapat langsung terjun untuk memperoleh pengalaman. Untuk itu dengan didukung Istituto Italiano di Cultura Jakarta (Pusat Kebudayaan Italia di Jakarta) dan Ali Charisma, 6 burgonians yang telah diseleksi sebelumnya dikirim untuk menampilkan karyanya pada ajang Jakarta Fashion Week 2018.

Tepat pada hari terakhir Jakarta Fashion Week 2018 tanggal 27 Oktober 2018 di Senayan City, Raegita Zoro, Shahira melalui label tas KYRA, Eleska Paradis melalui label busana PADI, Jessica Welia Halim, Rilya Krisnawati melalui label perhiasan JUMPANONA dan Julianto menghadirkan hasil karyanya setelah melalui pembekalan dari Ali Charisma sebagai mentor. Tidak hanya fokus pada lini busana, kreativitas para burgonians juga terasah pada item fashion lainnya seperti tas tangan hingga perhiasan yang dihadirkan bersamaan saling melengkapi.

Sebagai mentor, Ali Charisma turut serta memperlihatkan koleksi terbarunya yang hadir sebagai pembuka. Sadar akan wanita urban masa kini yang terkadang kurang memperhatikan sisi femininnya, Ali Charisma menawarkan koleksi yang bertajuk “E-motion” yang mempertemukan material bahan lace dan tulle dengan bahan kulit berpotongan H dan A. Setelah itu satu per satu karya para burgonians hadir bersama tema yang diusungnya masing-masing.

Raegita Zoro melalui label Raegitazoro mengangkat tema “Re-belliousZ” yang terinspirasi dari perjuangan rakyat melawan kolonialisme Belanda dan Inggris sehingga tercipta koleksi sporty dengan detail rantai dan spike studs. Burgonians selanjutnya diisi oleh kolaborasi Eleska Paradis dengan label “PADI” dan Shahira dengan label tas tangan “KYRA”. Tidak melupakan kearifan lokal, sentuhan tradisional pun terasa kuat dari busana rancangan Jessica Welia Halim yang menggunakan songket Palembang dengan tema “The Empress”. Burgonians lainnya yang juga sama mengangkat sisi etnik nusantara ialah burgonians Rilya Krisnawati yang menamai labelnya “JUMPANONA”. Rajah atau seni tato Dayak dari Malinau diterjemahkan Rilya pada logam kuningan. Sebagai sekuen penutup, Julianto mengetengahkan deret busana berjudul “Embrace”. Membawakan gaun malam yang penuh detail, Julianto mengaplikasikan payet yang menyerupai struktur kabut dan retakan gunung berpalet warna pastel di atas bahan kain yang ringan.

Foto: Dok. Istituto di Moda Burgo Indonesia

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP