Wedding Style : Mengatur Daftar Tamu Undangan

Menentukan, memilih, menambah, dan mengurangi. Susah-susah gampang kan? Semuanya memang tergantung dari konsep pesta, besarnya bujet, dan target jumlah tamu undangan. Kemudian, ada beberapa isu sensitif dengan keluarga yang harus diperhatikan. Tapi jangan khawatir, solusinya cukup mudah untuk dipelajari.

Pertama, utamakan dulu suasana pesta pernikahan sesuai keinginan. Biar bagaimanapun ini adalah pernikahan Anda. Jadi, Anda berdua berhak mendapatkan momen indah seumur hidup yang sempurna dan tak terlupakan.

Tiba saatnya mengatur daftar tamu. Budaya timur dan paham kekeluargaan yang kuat, masih membuat beberapa pasangan merasa “tidak enak hati” jika harus menolak beberapa daftar tamu undangan ataupun tidak mengundang orang-orang yang telah dikenal seumur hidup. Tapi apa boleh buat? Daripada bujet pernikahan meledak dan pasangan malah terbelit hutang setelah pernikahan. Padahal tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga dan memulai lembaran baru, kan?
Masalah berikutnya yang sering timbul adalah muncul titipan/permintaan beberapa daftar tamu dari orangtua/ keluarga. Sedangkan bujet dan venue terbatas, konsep pernikahan kecil/intim dan sederhana. Semua rencana pasangan yang sudah hampir matang tersebut tidak cocok dengan jumlah tamu menumpuk.
Kombinasi ini paling berbahaya dan jika tidak dipikirkan bijaksana bisa “memanas” diantara beberapa pihak. Jadi cobalah untuk tidak mengabaikan pendapat beberapa keluarga, tapi atasi dengan kepala dingin serta logika.

Coba beberapa trik berikut ini :

  1. Menentukan beberapa tamu dalam sebuah daftar.
    Buatlah A-list dan B-list. A-List berisi daftar tamu undangan yang penting/dekat dan Anda/keluarga benar-benar mengharapkan kedatangannya. Dalam B-list bukan berarti berisi orang-orang yang tidak Anda sukai. Tapi jika Anda memang membuat pernikahan berdasarkan bujet ketat, tentulah sangat wajar jika Anda membuat daftar tamu dan prioritas bukan? Sebenarnya tidak masalah jika Anda juga membuat daftar tamu sedikit melebihi jumlah yang seharusnya, kira-kira sepuluh persen. Karena biasanya tidak semua tamu bisa hadir.
  2. Mengundang tamu orangtua/keluarga.
    Secara tradisional, biasanya orang tua akan membiyai pernikahan anaknya. Tapi saat ini, banyak pasangan yang membiayai dan mempersiapkan pernikahannya sendiri. Nah, bisa dikatakan, keluarga/orangtua pasangan pasti juga antusias dan bahagia terhadap hari istimewa tersebut. Mereka pun pastinya ingin mengundang dan berbagi kegembiraan dengan beberapa teman/kerabat/rekan bisnis yang mungkin tidak terlalu dikenal dekat oleh pasangan. Agar tidak terjadi perdebatan, pasangan harus menghormati keinginan keluarga/calon mertua/keluarga pasangan. Paling tidak, jika tidak bisa mengabulkan semua permintaan, pasangan bisa menyebutkan jumlah tamu yang bisa diundang kepada orangtua/anggota keluarga lainnya.
  3. Keluarga membuat “wish list” untuk daftar tamu undangan.
    Mengatur daftar tamu undangan tidak bisa sembarangan, karena sebenarnya mencakup beberapa suara keluarga terdekat. Jika orangtua membiayai pernikahan, maka wajar saja jika beliau banyak mengundang tamu/rekan/sahabat sesuai keinginan mereka. Tapi bayangkan jika hal ini berlaku untuk dua keluarga. Untuk mengatasi jumlah tamu yang membludak, sebaiknya setiap orangtua/keluarga dekat yang ingin mengundang tamu diberikan “wish list”. Jadi, semua tamu sudah bisa dipilih dan diperhitungkan bersama.
  4. Pasangan tidak wajib mengundang semua orang yang dikenal.
    Sebenarnya, pasangan tidak mempunyai kewajiban untuk mengundang atasan ataupun rekan-rekan kerja. Jadi, jika berita pernikahan sudah tersebar - dan untuk mencegah perasaan tidak enak- pasangan bisa dengan penuh kerendahan hati memberi informasi bahwa pernikahan tersebut akan berlangsung sangat sederhana hanya mengundang keluarga/kerabat terdekat. Resikonya, pasangan tidak bisa terlalu banyak membicarakan tentang persiapan pernikahannya di lingkungan kerja.
  5. Mengundang keluarga di luar kota/luar negeri.
    Dilema. Mengundang keluarga di luar kota/luar negeri, belum tentu hadir. Kalau pun datang, pasangan harus siap dengan tranportasi/akomodasi, atau setidaknya memberikan informasi lengkap mengenai transportasi/akomodasi sesuai yang dibutuhkan. Mungkin lebih baik jika kapasitas keluarga tersebut diberikan kepada para tamu undangan yang sudah pasti hadir. Bicarakan dilema tersebut dengan keluarga terdekat atau bahkan orangtua. Siapa tahu mereka bisa memberikan pendapat yang bijak dan mencegah kesalahpahaman. Pengantin yang sudah lelah dan stres, kadang memerlukan bantuan untuk memutuskan sesuatu yang penting/sensitif.
  6. Jujur saja.
    Teman-teman yang baik pasti akan senang mendengar kabar bahagia dari Anda. Dan apapun yang terjadi, mereka pasti mendukung dan mengharapkan yang terbaik untuk Anda berdua. Jadi, mereka pun pasti sangat mengerti kondisi pernikahan Anda yang mungkin terselenggara dengan bujet ketat dan sederhana. Teman-teman yang baik tidak akan kecewa, melainkan akan mendoakan agar acara pernikahan berlangsung lancar.

Penting ketika pasangan membuat daftar tamu undangan, keduanya benar-benar mengundang keluarga/kerabat/sahabat terdekat, yang selalu menempati tempat istimewa di kehidupan pasangan. Hindari memilih beberapa orang/membuat daftar tamu undangan karena perasaan “berdosa” atau “balas budi”.


Foto ilustrasi : Ricky & Co. Photography

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP