7 Makna Prosesi Ritual Pernikahan Adat Jawa

Pernikahan Dinda & Diyos | Foto: Buana & Co | Venue: The Allwynn Grand Ballroom

Melestarikan ritual adat dari pernikahan tradisional Indonesia yang begitu kaya adalah tugas kita semua, dan para calon pengantin yang sedang merencanakan pernikahannya. Banyak yang tidak mengerti atau bahkan tidak peduli dengan kekayaan tradisi pernikahan Indonesia ini, tapi di sisi lain, banyak calon pengantin yang justru ingin melangsungkan pernikahannya dengan melalui beragam ritual adat, salah satunya dari adat Jawa.

Ada beberapa ritual dalam prosesi pernikahan adat Jawa yang harus diikuti oleh calon pengantin, terutama dari calon pengantin wanita. Ritual ini biasanya dilaksanakan mulai dari beberapa hari sebelum acara pernikahan hingga di hari pernikahan itu sendiri. Dan, masing-masing mempunyai makna mendalam bagi calon pengantin dan keluarganya. Apa saja makna dari ritual tersebut, kita lihat di artikel berikut ini.

Pernikahan Femalia & Indra | Foto: Journal Portraits | Venue: Kembang Goela

Seserahan

Salah satu prosesi penting dalam prosesi pernikahan adat Jawa adalah serahan atau seserahan. Seserahan merupakan bukti tanggung jawab calon mempelai pria terhadap perempuan yang akan dinikahinya, dan biasanya dilakukan bersamaan dengan lamaran atau midodareni. Isi seserahan atau hantaran yang sesungguhnya merupakan barang-barang ayng memiliki makna mendalam bagi kehidupan kedua penganin kelak. Akan tetapi, sekarang ini isi seserahan tersebut telah disederhanakan menjadi berbagai barang keperluan calon pengantin wanita, seperti sepatu, pakaian, peralatan make-up, tas, aksesoris, dan lainnya. Apa-apa saja yang akan dihantar bisa didiskusikan terlebih dahulu antar kedua pasang pengantin ini.

Pernikahan Seisika & Arfan | Foto: Reza Prabowo Photography | Venue: Eastparc Hotel

Siraman

Diambil dari kata siram atau mandi, prosesi siraman biasanya dilaksanakan sehari menjelang pernikahan. Siraman dalam adat filosofi adat Jawa mempunyai arti untuk membersihkan jiwa masing-masing calon mempelai untuk memulai hidup yang baru bersama-sama.

Dodol Dawet

Dodol dawet atau menjual dawet dilangsungkan setelah prosesi siraman. Pada prosesi ini, orang tua calon mempelai wanita akan berpura-pura menjual minuman dawet atau cendol, dimana para tamu undangan akan membeli minuman ini dengan menggunakan kreweng atau pecahan genting yang sudah disediakan. Tujuan dari ritual ini adalah untuk menjadikan acara pernikahan banyak dihadiri oleh para tamu undangan.

Pernikahan Ayu & Garry | Foto: Warna Indonesia Photography | Venue: Eastparc Hotel

Ngerik

Prosesi Ngerik dilakukan dengan tujuan supaya calon pengantin benar-benar bersih lahir batin. Ngerik mengandung arti mencukur sinom atau rambut halus yang ada di dekat dahi. Prosesi ngerik ini dilakukan usai siraman. Setelah rambutnya kering, calon pengantin wanita mulai dirias dengan membuat cengkorongan paes, baru kemudian penata rias mulai ngerik. Ritual ini diakhiri dengan merias calon pengantin perempuan dengan riasan yang tipis, rambut digelung tekuk, memakaikan kain dan kebaya untuk persiapan prosesi Midodareni

Midodareni

Midodareni adalah salah satu ritual yang dilaksanakan pada malam hari sebelum hari pernikahan. Di acara midodareni ini, keluarga calon mempelai pria akan mengunjungi rumah calon mempelai wanita. Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana kekeluargaan dan keharmonisan antara dua keluarga yang akan bersatu dalam satu pernikahan.

Pernikahan Dinda & Diyos | Foto: Buana & Co | Venue: The Allwynn Grand Ballroom

Upacara Panggih

Setelah akad nikah, diadakan upacara panggih. Panggih atau temu panggih adalah pertama kalinya mempelai pria dan wanita dipertemukan di kursi pelaminan, setelah resmi menjadi pasangan suami isteri. Sebelumnya mempelai wanita telah lebih dulu duduk di pelaminan bersama kedua orang tuanya. Selama prosesi panggih berlangsung, kedua orang tua dari pihak pria tidak diperkenankan hadir.

Pernikahan Adit & Tathya | Foto: Buana & Co | Venue: Sampoerna Strategic Square

Balangan Gantal

Salah satu ritual dalam prosesi panggih adalah balangan gantal. Dalam ritual ini, masing-masing calon mempelai akan melemparkan gantal atau lintingan dauh sirih dan buah pinang ke bagian dahi, dada, dan lutut pasangannya. Dalam tradisi Jawa, balangan gantal atau lempar-melempar lintingan sirih cerminan dari sepasang mempelai yang melempar kasih. Gantal sendiri bermakna sebagai simbol pertemuan jodoh antara mempelai pria dan wanita yang telah menemukan belahan hati, dan diikat oleh benang cinta yang suci.

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP