PERNIKAHAN Adat Aceh

Prosesi pernikahan adat di bumi serambi Mekah, Aceh dibagi dalam beberapa tahapan yang wajib dilalui oleh kedua mempelai. Seperti apa? Berikut ulasannya.

❶ Ba Ranup
Merupakan tahapan melamar yang dalam adat Aceh diatur dengan prosesi yang lumayan panjang. Mulai dari mengutus kerabat yang dituakan dan dianggap cakap dalam berbicara (theulangke) untuk menemui keluarga sang perempuan. Guna menanyakan apakah sang dara sudah ada yang punya atau belum. Jika ternyata belum ada ikatan apapun dengan orang lain maka barulah theulangke mengutarakan lamarannya. Selanjutnya adalah melamar secara resmi dengan membawa sirih dan isinya sebagai simbol penguat ikatan dan kesungguhan. Setelah acara lamaran selesai dan rombongan pelamar pulang, barulah kemudian keluarga yang dilamar yaitu keluarga sang perempuan bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima atau tidaknya lamaran tersebut.

❷ Jakba Tanda
Jika kemudian lamaran tersebut diterima oleh pihak perempuan maka prosesi selanjutnya adalah pihak keluarga laki-laki akan datang kembali ke rumah orang tua sang perempuan untuk membicarakan hari perkawinan (peukeong haba) sekaligus juga menetapkan seberapa besar mahar yang diinginkan oleh calon mempelai perempuan (jeunamee) dan jumlah undangan. Setelah sepakat dilanjutkan dengan acara berikutnya yakni acara pertunangan atau jakba tanda. Dalam acara ini pihak calon mempelai laki-laki akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh dan juga barang-barang lainnya. Di antaranya buleukat kuneeng dengan tumphou, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga pria.

❸ Pesta Pelaminan
Setelah semua tahapan dapat dilalui maka barulah kemudian acara inti digelar yaitu pesta perkawinan itu sendiri. Dua prosesi lain dalam adat perkawinan masyarakat Aceh yang juga tak kalah pentingnya yaitu tueng dara baro atau penjemputan secara adat. Pihak pengantin laki-laki menjemput pihak pengantin perempuan dan tueng linto baro. Setelah kedua mempelai melakukan akad nikah dihadapan pak kadi dan telah resmi menjadi sepasang suami istri, pesta pun digelar untuk memberi kesempatan kepada seluruh tamu undangan yang ingin mengucapkan selamat pada kedua mempelai.

Upacara Setelah Perkawinan
Usai resepsi perkawinan masih ada serangkaian upacara yang dijalani oleh pengantin, yakni Tueng Dara Baro. Upacara Tueng Dara Baro merupakan upacara untuk mengundang dara baro beserta rombongannya ke rumah mertua. Upacara ini dilaksanakan tujuh hari setelah upacara wo linto. Pada upacara ini, dara baro diarak menuju rumah pengantin laki-laki dengan didampingi dua pengunganjo. Rombongan pengantin perempuan ini juga membawa makanan dan kue-kue. Cara penyambutan upacara ini hampir serupa dengan upacara wo linto, namun tanpa prosesi berbalas pantun dan cuci kaki.
Sampai di pintu masuk, rombongan akan disambut keluarga laki-laki. Orangtua kedua belah pihak kemudian melakukan tukar-menukar sirih. Di pintu masuk rumah, rombongan ditaburi beras (breuh padi), bunga rampai, dan daun-daun sebagai tepung tawar (on seunijuk). Setelah dara baro duduk di tempat yang telah disediakan, ibu linto baro melakukan tepung tawar yang dilanjutkan dara baro bersujud kepada orangtua linto baro. Orangtua linto baro kemudian menyerahkan perhiasan yang ditaruh di dalam air kembang dalam suatu wadah khusus.
Pada upacara ini, dara baro menginap di rumah orangtua linto baro selama tujuh hari dengan ditemani oleh satu atau dua peunganjo. Tujuh hari kemudian, barulah dara baro diantar pulang. Dara baro juga dibekali dengan beberapa perangkat pakaian, bahan makanan dan uang. Di rumah orangtua dara baro rombongan disambut dengan upacara jamuan makan bersama yang menandai berakhirnya seluruh rangkaian upacara.

LEAVE A COMMENT

Comments (1)

  • Futari Imousa

    09 Jan 15

    I love It, ini salah satu adat yang jarang di temui pembahasannya. Terimakasih untuk informasinya.. :)

BACK
TO TOP