Sebelum Menikah, Pelajari Dulu Cara Mengelola Keuangan

Anda dan pasangan sudah siap untuk menikah? Sudah siap jugakah menghadapi berbagai masalah yang akan timbul nantinya? Dari sekian banyak masalah, setidaknya ada satu masalah penting yang harus Anda antisipasi mulai dari sekarang, yaitu masalah finansial.
Terbiasa menerima uang dan menggunakannya untuk keperluan sendiri, mungkin membuat Anda lupa untuk menabung, berinvestasi atau mengatur penggunaan uang berdasarkan prioritas kepentingan. Bila Anda tetap dengan cara seperti ini saat sudah menikah nanti, sudah dapat diramalkan keuangan keluarga pasti akan ‘babak belur’.
Bukan karena kekurangan uang tapi karena kesalahan pengaturan. Diperlukan pengetahuan bagi kedua pasangan yang akan menikah, mengenai bagaimana pengelolaan keuangan keluarga kelak. Dan sebelum harinya datang, ada baiknya Anda melatih diri mulai dari sekarang. Sehingga ketika Anda dan pasangan telah memasuki gerbang rumah tangga, sudah terbiasa mengatur keuangan dengan lebih baik, dan tidak perlu terjadi hal-hal yang tak diinginkan seputar masalah keuangan keluarga.

1. Sisihkan Untuk Derma

Apapun agama atau kepercayaannya, setiap individu diwajibkan untuk berderma. Derma ini bentuknya bisa zakat, sedekah atau persembahan. Besarnya bisa mulai dari 2,5% sampai dengan 10% atau lebih dari penghasilan kotor perbulan. Banyak yang membuktikan bahwa derma dapat menjadi pengungkit (leverage) atas rejeki yang Anda terima. Rejeki ini bisa berupa kesehatan, keselamatan, kesempatan (oportunity) ataupun materi.

2. Tabungan atau Investasi

Kalau sejak lajang, kita tidak bisa menyisihkan uang untuk menabung atau investasi, lantas bagaimana nanti kalau sudah menikah? Sisihkan dana untuk ditabungkan atau diinvestasikan di awal pada saat Anda menerima penghasilan. Jangan menabung atau investasi dari sisa penghasilan Anda.

Menyisihkan dana di awal Anda bulan, saat Anda menerima penghasilan, dibandingkan dengan menabungkan dana yang tersisa dari gaji atau penghasilan Anda memiliki dampak yang sangat jauh berbeda. Bila menyisihkan dari awal, maka Anda membiasakan diri untuk disiplin dan besarnya uang yang harus ditabung masih dapat Anda tentukan sendiri. Sementara bila disisihkan dari sisa gaji, setelah membayar segala keperluan lalu berbelanja ini itu, belum tentu gaji Anda masih tersisa untuk ditabung.

3. Siapkan Dana Darurat

Dana darurat sangat penting bagi mereka yang masih lajang ataupun yang sudah berkeluarga. Untuk yang masih lajang, dana darurat bisa digunakan untuk ketika terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk membiayai pengeluaran per bulan sampai mendapatkan pekerjaan kembali. Sementara saat Anda sudah berkeluarga, dana darurat diperlukan untuk saat-saat seperti ketika Anda, pasangan atau si buah hati jatuh sakit dan memerlukan biaya besar dalam waktu dekat, serta beberapa kebutuhan lain sifatnya darurat.

4. Kurangi Cicilan Hutang
Ingin memiliki sesuatu yang menyenangkan tapi harus hutang? Boleh saja, tapi harus diingat, jangan sampai besaran cicilannya melebihi 15% penghasilan bulanan Anda. Sudah berniat untuk membentuk keluarga, maka Anda harus siap untuk mengurangi sifat konsumtif dan buat catatan agar tidak memiliki hutang yang berlebihan.

5. Miliki Asuransi
Mana yang lebih penting, asuransi jiwa atau kesehatan? Sebenarnya asuransi kesehatan lebih perlu. Bagus bila perusahaan tempat Anda bekerja memberikan perlindungan kesehatan, tetapi bila tidak? Tentu Anda harus wajib membelinya sendiri, untuk Anda dan untuk anggota keluarga Anda nantinya.
Bila Anda tak memiliki asuransi kesehatan, bukan tidak mungkin bila suatu saat Anda atau anggota keluarga sakit dan memerlukan biaya besar, hasil kerja keras bertahun-tahun harus dihabiskan untuk membayar biaya rumah sakit. Jadi, lebih baik sisihkan penghasilan Anda setiap bulannya untuk membayar premi asuransi kesehatan daripada tabunga Anda habis tak bersisa bukan?


6. Siapkan Dana Pensiun

Saat Anda masih single, mungkin tidak terpikir oleh Anda menyisihkan penghasilan untuk dana pensiun. Sementara setelah menikah nanti, kebutuhan yang semakin banyak akan membuat Anda sulit memikirkan dana pensiun. Permasalahannya, tidak selamanya Anda bisa produktif lho. Bayangkan jika Anda harus pensiun pada usia 55 tahun, sementara harapan hidup Anda mencapai usia 80 tahun. Bagaimana Anda harus menghidupi diri Anda dan pasangan. Tentu saja ini dengan asumsi anak-anak Anda sudah mandiri dan tidak lagi merepotkan Anda berdua. Jadi, mumpung masih ada waktu, kenapa tidak menyisihkan sedikit dari penghasilan Anda (sekitar 7%) untuk bekal hidup di masa tua Anda nantinya.

Foto : Dok. Istimewa

LEAVE A COMMENT

Comments (1)

  • FITRI ANGKAWIJAYA

    17 Jun 19

    A

BACK
TO TOP