When We Met
Semuanya berawal dari liburan saat Natal tahun 2008. Di dalam sebuah penerbangan yang membawa saya pulang dari Singapura menuju Jakarta. Waktu itu, secara tidak sengaja (dan sebenarnya ini terdengar lucu) ada bau yang tidak enak di dalam pesawat yang membuat kami memulai percakapan.
Saat itu dia duduk di dekat jendela dan saya duduk dekat lorong. Setelah berkenalan, dia pindah duduk di tengah dan kita malah berbincang sepanjang perjalanan. He was very sweet. Biasanya kalau sama orang asing di pesawat, saya malas bercakap-cakap, tapi dengannya, kita malah sampai share cerita tentang keluarga dan lain lain.
Karena saya kebanyakan minum air di pesawat, saya terburu-buru keluar pesawat untuk lari ke WC di bandara. Hanya pamit sedikit ke dia dan tidak ada pikiran lebih jauh. Ternyata, setelah saya keluar dari WC, dia menunggu dan kita berdua jalan lagi ke imigrasi, sampai akhirnya bertukar nomor telpon.

Sesampainya saya di rumah, saya menceritakan pengalaman saya bertemu Yoga ke mama, papa, adik2, beberapa orang sahabat. First impression does matter kali ya? Saya sampai teringat terus sepanjang liburan.
Sekembalinya ke Singapura, setelah tahun baru 2009, ternyata Yoga sms menanyakan bagaimana liburan saya. Karena ada rasa yang bercampur antara senang dengan takut kalau nantinya kecewa, saya hanya jawab dengan beberapa kata “Oh, it was fine.” Setelah sms tersebut, kita tidak berhubungan lagi selama beberapa bulan. Sampai suatu saat, perjalanan saya dengan pesawat yang sama mengingatkan saya akan Yoga. Dan saya lah yang memulai sms berikutnya… and the rest is lots and lots of wonderful memories (which still continue until now).
Banyak yang sudah dilalui, dari hubungan jarak jauh, karena dia akhirnya harus balik ke Jakarta, jadinya frekuensi bertemu secara fisik sangat jarang. Dan meskipun akhirnya satu kota, itupun juga jarang bertemu karena kita berdua sibuk. So komunikasi telpon, bbm dan apapun lah itu jadi sangat penting.
But I was sure from the start of our relationship that somehow I’d end up with him.
Preparation
Setelah pertemuan demi pertemuan serta pesan-pesan yang terkirim, kami pun memulai untuk menjalin hubungan hingga ke tahap pacaran. Kira-kira setelah 1,5 tahun berpacaran, muncullah niatan untuk lebih mengikat hubungan ini ke tahapan yang selanjutnya, yaitu pernikahan.

Keseriusan Yoga dalam menjalin hubungan ditunjukkan pada suatu sore di akhir pekan ketika dia datang ke rumah, dia menjumpai orang tua saya. Dalam pertemuan sore hari itu, dengan sungguh-sungguh dia mengutarakan niatnya untuk meminang saya di hadapan kedua orang tua saya.
Setelah orang tua memberikan lampu hijau, persiapan untuk mewujudkan sebuah pesta pernikahan pun dimulai. Meskipun tidak ada tema atau konsep tertentu yang kami bayangkan, tapi kami sangat menginginkan sebuah pesta yang kecil yang dihadiri oleh orang-orang yang dekat di hati kami berdua. Orang tua pun menitip pesan agar ada prosesi adat tradisional, khususnya adat Jawa, yang harus kami ikuti. Meski tidak semua prosesi kami laksanakan tetapi makna yang dalam dari setiap prosesi tersebut melandasi niat tulus kami untuk berumah tangga.

Sebagian persiapan dibantu oleh mama tercinta dan mbak Dona yang bertindak sebagai Wedding Organizer. Vendor-vendor yang dipilih antara lain, wedding venue, dekorasi, kartu undangan, gaun pengantin dan foto serta videographer. Untuk Wedding venue, orang tua sangat cocok dengan Hotel Shangrila yang berada di pusat Jakarta. Dengan menambahkan sedikit dekorasi dengan menggunakan bunga-bunga yang didominasi warna putih seperti mawar putih dan white lili, ruangan pesta yang kami idamkan akhirnya terwujud.
Untuk gaun pengantin, sebuah kebaya panjang warna putih karya Ferry Sunarto menjadi pilihan saya untuk digunakan di Hari H. Kesan intim dan hangat diperjelas dengan hiburan yang diisi oleh saudara dan rekan-rekan sendiri.
D-Day
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tibalah.
Pagi-pagi rambut ditata sesuai dengan tatanan rambut pengantin adat jawa oleh tim Tien Santoso. Baru setelah itu tata rias wajah dilaksanakan oleh Adi Adrian. Setelah itu, memakai kebaya putih karya dari Ferry Santoso dan mulai bersiap siap ke ballroom untuk proses akad nikah.
Ketika sampai di ballroom, tamu-tamu dan mempelai pria sudah di tempat... Dan proses akad nikah pun berjalan.

Setelah akad nikah ada proses adat 'Temu Panggih' yang menunjukkan pembasuhan kaki pengantin pria oleh pengantin wanita dan beberapa prosesi lainnya. Prosesi lainnya termasuk: suap-suapan antara mempelai pria dan wanita, sungkeman ke dua pihak orang tua serta pembagian perabotan masak sebagai hadiah kepada ibu-ibu yang datang ke acara pernikahan (karena ini pernikahan anak perempuan pertama).
Selesai prosesi itu, kami pun bersalam-salaman dengan tamu dan setelah beberapa jam, kembali ke bridal suite untuk mengganti kebaya malam dan rias malam.
Malam resepsi suasana lebih santai, untuk keluarga langsung, kebayanya warna ungu dan untuk pengantin wanita kebaya warna nude pink.
Ada acara lempar bunga ke teman-teman wanita lalu kami first dance dengan lagu kami "falling in love in a coffee shop" dan mostly us mingling on the floor with the guests...
Wedding Ingredients
Wedding Date: 17 Desember 2011
Wedding Venue: Shangrilla Hotel, Jakarta
Decoration: Suryo Dekor
Catering: Shangrilla Hotel, Jakarta
Wedding Gown: Ferry Sunarto
Make Up Artist: Adi Adrian, Tien Santoso, Yudin
D-Day Photographer: Mottomo
Videographer: Mottomo
Invitation Card: Paperwork
MC: Cheryl Marella
Entertainment: Sevensound
Wedding Organizer: Dora