Kolaborasi Pernikahan Sunda dan Minang di Auditorium PTIK

FENIA NOVALIANA ROSCHA DAN RIZKY INDRAYADI - 17 JANUARI 2016
| 20702

Kerap terjadi, berawal dari pertemanan lalu berakhir di pelaminan. Hal ini terjadi pula pada Fenia dan Iky. Berkuliah di kampus yang sama dan kerap saling curhat berhasil menumbuhkan chemistry di antara keduanya, hingga akhirnya resmi menjalin hubungan.

Kerap terjadi, berawal dari pertemanan lalu berakhir di pelaminan. Hal ini terjadi pula pada Fenia dan Iky. Berkuliah di kampus yang sama dan kerap saling curhat berhasil menumbuhkan chemistry di antara keduanya, hingga akhirnya resmi menjalin hubungan. Lima tahun mereka lalui bersama, sejak kuliah sampai bekerja, hingga akhirnya memutuskan untuk mengikat tali kasih mereka dalam sebuah pernikahan.

Setelah restu orang tua didapat, Fenia dan Iky mulai sibuk mempersiapkan pernikahan, dibantu keluarga yang berbagi pengalaman tentang vendor yang pernah terlibat sebelumnya. Persiapan berjalan cukup lancar meski melewati berbagai perdebatan, salah satunya mengenai prosesi adat. Keinginan Fenia dan Iky untuk menggelar pernikahan sederhana dan kasual tanpa prosesi adat ditentang oleh pihak keluarga. Setelah berdiskusi dan saling berkompromi, diputuskan bahwa pernikahan dijalani dengan prosesi adat meski tidak lengkap.

Perbedaan budaya, Iky berasal dari Sunda dan Fenia dari Sumatera Barat, membuat rangkaian prosesi dilakukan dalam dua tradisi, dan semakin memeriahkan pernikahan Iky dan Fenia. Sebelum prosesi akad nikah yang dilakukan dalam adat Sunda, disisipkan prosesi adat Minang yaitu manjapuik marapulai atau upacara penjemputan mempelai pria oleh keluarga mempelai wanita dengan membawa carano berisi sirih pinang sebagai simbol penyambutan dan restu, untuk menjadi bagian dari pihak keluarga mempelai wanita.Selanjutnya, seusai akad nikah dilakukan prosesi adat Sunda yaitu sawer pengantin.

Malam harinya diselenggarakan resepsi dengan adat Minang. Sebagai penyuka warna-warna lembut, Fenia mengaplikasikan warna ungu dan silver pada busana dan dekorasi, berbeda dengan pernikahan Sumatera pada umunya yang menggunakan warna merah dan emas. Hasilnya, para tamu pun berdecak kagum akan keindahan yang dihasilkan.

BACK
TO TOP