Euforia Indonesia Fashion Week 2014

Meski masih seumur jagung, penyelenggaraan IFW kali ketiga tahun ini adalah bukti bahwa kehadirannya sebagai ajang fesyen tanah air layak diperhitungkan. Melibatkan lebih dari 500 brand desainer, perhelatan bergengsi para insan mode ini menampilkan semarak desain busana yang bervariatif. Indonesia Fashion Week (IFW) diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 20-23 Februari 2014. Selama empat hari pengunjung tidak hanya dimanjakan sebatas pentas fashion show semata, melainkan juga dapat berbelanja di gerai-gerai yang terletak di main lobby, assembly hall dan cendrawasih hall. Berbagai gerai itu menampilkan busana karya desainer terkemuka tanah air dan berbagai merek lainnya.

Sebagian besar outfit yang disuguhkan berupa busana siap pakai dan beberapa couture. Hebatnya, pada ajang IFW kali ini banyak desainer yang busana siap pakainnya terinsiprasi dari alam dan kultur Indonesia. Begitupun dengan material kain yang digunakan, asli buatan negeri sendiri. Hal itu selaras dengan tema IFW yang mengkampanyekan kesadaran mencintai budaya sendiri, go green, “Local Movement dan Green Movement”. Motif etnik batik, songket atau tenun tampak berkeliaran menghiasi busana terusan atau pun setelan. Contohnya saja dalam fashion parade yang berjudul “Ethnic Eloquent”. Puluhan desainer menampilkan busana yang saling terkait satu sama lain. Dan yang menghubungkan berbagai karya itu, adalah penggunaan kain batik pada setiap busana. Para desainer yang mengisi parade tersebut di antaranya Sidji Batik Indonesia, Enhatiga Batik, Java Batik, Everlasting Batik, Badui’s Project, Batik Boy by Handy Hartono dan masih banyak lagi.

Fashion parade batik tersebut bertengger di hari pertama, sementara hari kedua lebih didominasi pertunjukkan busana muslim. Desainer ternama yang tergabung dalam fashion parade “Purity Transcendence” seperti Ernie Kosasih, Lisma Gumelar, Anti Dewi, Aprilia, Qonita Boutique by Qonita Gholib, Risty Tagor dan lainnya. Meski masih banyak deretan gamis yang disuguhkan, namun ada juga yang mencoba memfokuskan blazer sebagai busana yang fleksibel ketika dipadukan dengan busana muslim untuk berbagai kesempatan. Bahkan perpaduan itu makin terlihat modis kertika disinergikan dengan rok ataupun celana panjang.

Pada hari berikutnya, kebaya menjadi primadona yang tidak bosan diolah dalam berbagai gaya. Hal itu terlihat dari penuhnya pengunjung yang memadati deretan kursi di plenary hall, mereka seperti tidak sabar ingin melihat model kebaya para finalis Lomba Rancang Kebaya (LRK) Majalah Kartini. Usai LRK, fashion parade yang bertajuk “Redefine” hadir memukau dengan beragam variasi kebaya. Salah satunya kebaya buatan Zainal Songket yang tentunya menampilkan keelokan perpaduan kebaya dan kain songket Palembang.

Nama-nama desainer papan atas tanah air, seperti Lenny Agustin, Sapto Djojokartiko, Priyo Oktaviano serta Anne Avantie pun tidak mau ketinggalan meramaikan panggung IFW. Mereka menampilkan karya busana anyar nan segar. Di hari yang sama, APPMI kedatangan wajah-wajah baru yang ikut meramaikan APPMI New Member Fashion Parade. pelaksanaannya yang terbagi menjadi dua bagian, zooming preview part one dan part two. Yang menarik, dari 37 anggota baru yang bergabung tampak wajah Ivan Gunawan yang mengaku baru belakangan ini berminat untuk menjadi salah satu anggota APPMI.

Di hari terakhir, mata acara yang digelar dapat dibilang lebih menghentak lagi. Sejumlah pesohor di jagat desain seperti Afif Syakur, Poppy Darsono, Malik Moestaram, Ian Adrian, Hannie Hananto, Deden Siswanto, Jeanny Ang serta banyak lagi, juga ikut memeriahkan IFW dengan karya terbaru. Kegembiraan di penghujung IFW makin menjadi ketika APPMI selaku penyelenggara yang bekerjasama dengan Radyatama mengumumkan, bahwa pengunjung yang datang mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP