Kemajemukan yang Menyatu dalam Jakarta Fashion Week 2015

Harapan untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat perkembangan mode dunia di tahun 2025 terus bergelora. Persiapan yang dilakukan pun semakin serius. Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 yang dilaksanakan sejak tanggal 1-7 November 2014 menjadi wujud konkret sebuah upaya yang dilakukan demi meraih cita. Desainer dari dalam maupun luar negeri pun diikutsertakan, seperti desainer asal Jepang, Motonari Ono, Somarta dan Hideaki Sakaguchi, serta dari Inggris, Kitty Joseph.

JFW merupakan sebuah ajang masif yang sudah digelar tujuh kali sejak diadakan secara perdana pada tahun 2008 lalu. Event tahunan yang memiliki segudang acara ini, melibatkan kurang lebih puluhan desainer di antaranya Billy Tjong, Itang Yunasz, Stephanus Hamy, desainer unggulan Indonesia Fashion Forward; Dian Pelangi, Albert Yanuar, Tex Saverio, NurZahra, Imelda Kartini dan lainnya. Grazia pun yang sudah beberapa kali tampil berpartisipasi, tahun ini kembali mengajak duet para artis untuk berkolaborasi melansir busananya. Seperti Pevita Pearce dan Afgan, Olivia Jensen dan Acha Septriasa, Iwet Ramadhan dan Andien, Daniel Mananta dan Nowela.

Di antara sekian nama desainer yang melansir busana yang memiliki kemajemukan siluet, warna, kerah, corak hingga material bahan, terdapat beberapa desainer yang menunjukkan rasa ketertarikannya dengan wastra. Dalam fashion parade Grazia Glitz & Glam yang menampilkan karya para artis, tersebutlah nama Iwet Ramadhan yang berduet dengan Andien. Benang merah kesamaan yang menyatukan keduanya ialah batik, keduanya pun mengakui sama-sama terobsesi dengan batik. Untuk tahun ini, keduanya sepakat memilih batik madura yang memiliki warna lembut yang diaplikasikan pada siluet busana tahun 1920an dimana corak batik madura yang diambil tersebut merupakan motif yang keluar pada tahun 1920an. Pada hari ketiga, Alleira yang mengusung tema “Monochromantic” menampilkan aneka busana yang mendapat sentuhan batik kontemporer.

Tenun yang masuk dalam jajaran wastra Indonesia, menjadi konsentrasi Itang Yunasz yang melayangkan koleksi busana muslim yang bermaterial pilihan seperti sifon, satin serta rowsilk. Diberi tema “Exotic Journey”, Itang menghadirkan busana muslim yang terdiri dari tunik, gamis serta bawahan rok dan celana panjang ke dalam hawa etnik yang terukir pada pola motif tenun ikat yang diperbesar dengan teknik bordir yang membentuk bunga bali dan anggrek yang dibuat tiga dimensi.

Seperti tahun lalu, kali ini pun Senayan City menjadi tempat perhelatan Jakarta Fashion Week. Dan pada hari ke-3 JFW, Dekranasda hadir dengan menggandeng tiga nama yakni Batik Chick, Rumah Kebaya dan Riana Kusuma yang kesemuanya meniupkan nafas tradisional pada karyanya. Semisal Rumah Kebaya yang kembali menelurkan barisan kebaya nona (encim) dengan ragam warna cerahnya yang berpadu dengan kain batik, seakan menghadirkan keanggunan seorang nona dari masa lampau. Sebuah kreativitas yang berhasil mengibarkan popularitas kebaya nona.

Foto: Vaesy

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP