Dari sekian banyak tradisi sakral nan indah yang dimiliki Indonesia, pernikahan dengan adat Minang dengan tradisi-tradisinya yang unik dan khas menarik perhatian kami. Pernikahan dengan adat Minang ini akan kami kupas tuntas bersama dengan ahlinya, yaitu Ibu Des Iskandar yang telah berkarya di bidang pernikahan tradisional sedari 44 tahun silam.
Pernikahan Adat Minang di Zaman Modern
Tak dipungkiri bahwa pernikahan tradisional termasuk tradisi Minang mengalami berbagai modifikasi. Namun, Bu Des menyampaikan bahwa aspek pakaian pernikahan khas Minang masih sama, yaitu mempelai laki-laki menggunakan baju demang sedangkan mempelai wanita akan menggunakan bahan beludru ataupun satin bersama dengan suntiang di kepala.
Tradisi Malam Bainai & Malapeh Bujang
Malam terakhir mempelai wanita sebelum melangsungkan pernikahannya disebut sebagai Malam Bainai. Prosesi ini terdiri dari beragam rangkaian acara, seperti mandi-mandi dengan menggunakan air sitawa sidingin, mengantarkan mempelai wanita ke pelaminan, pemberian nasihat oleh orang tua kepada calon pengantin, mencukur kumis atau bulu-bulu, memasangkan inai ke kuku calon pengantin, hingga menaburkan beras kuning yang melambangkan kemakmuran sampai memberikan minyak wangi sebagai doa hal-hal baik dalam pernikahannya.
Jika calon pengantin melakukan prosesi Malam Bainai, mempelai pria juga memiliki tradisi sendiri yang disebut sebagai Malapeh Bujang. Prosesi ini terdiri dari acara permohonan ampun dan meminta doa restu kepada orang tua, dilanjutkan dengan pembacaan salah satu ayat Al-Qu’ran, dan mencuci kaki orang tua. Hal yang tak boleh terlupakan adalah pemasangan keris. Namun di zaman sekarang ini, keris lebih banyak diganti dengan saluak karena dianggap lebih efektif dan tidak mengganggu mobilitas si mempelai pria.
Uniknya, dalam Malapeh Bujang terdapat prosesi Malacuik Marapulai yang menggunakan seikat lidi untuk memukul bagian tubuh tertentu seperti kaki atau tangan sebagai makna agar si pria rajin bekerja untuk menghidupi keluarga. Ada prosesi Malepong Marapulai dimana anggota keluarga lain mencoret-coret wajah mempelai pria. Prosesi ini memiliki pesan bahwa, meskipun si pria akan memiliki keluarga baru, ia tidak boleh melupakan keluarga tempat ia bertumbuh dan berkembang.
Perbedaan Pernikahan Minang Dulu dan Sekarang
Dhanny Iskandar yang akan meneruskan perjalanan Bu Des, berkata bahwa capeng zaman sekarang lebih menyukai konsep dekorasi monokrom dengan maksimal menggunakan tiga warna saja. Sangat bertolak belakang dengan tradisi Padang yang melihat semakin banyak warna semakin semarak dan kaya. Dalam merealisasikan pernikahan calon pengantin zaman sekarang juga lebih disesuaikan dengan karakter masing-masing pengantin yang tidak bisa disamaratakan satu sama lain. Hal ini membuat begitu banyak aspek pernikahan tradisional yang mengalami modernisasi dan modifikasi.
Ada tips penting dari Bu Des Iskandar bagi calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahannya loh, simak tips spesial dan tradisi pernikahan adat Minang selengkapnya di video berikut ini ya!