Plataran Indonesia

Midodareni, Menunggu Hadirnya Sang Bidadari di Plataran Cilandak

Sebagai salah satu peristiwa paling penting dalam hidup, pernikahan selalu diikuti dengan berbagai prosesi, terutama bila Anda mengusung pernikahan tradisional. Pernikahan adat Jawa misalnya, ada begitu banyak prosesi adat sebelum maupun setelah pernikahan itu sendiri digelar. Salah satunya adalah Midodareni. Berasal dari kata widodari atau bidadari, midodareni digelar pada malam sebelum dilangsungkan pernikahan. Pada malam ini dipercaya bidadari akan turun dari khayangan untuk menyempurnakan kecantikan calon pengantin wanita.

Prosesi indah ini pun diangkat dalam bentuk simulasi oleh Plataran Indonesia yang bekerjasama dengan Adhyakti Wedding and Family Events Planner, sebagai salah satu agenda dalam rangkaian acara Exotic Indonesian Wedding Roadshow 2018 yang digelar Minggu, 14 Oktober 2018 di Plataran Cilandak. Dibuka oleh MC adat, simulasi Midodareni dimulai dengan Nyantri dimana calon pengantin pria menampakkan diri di depan keluarga calon pengantin wanita, menunjukkan bahwa hatinya telah mantap untuk menikahi sang gadis pujaan, membawa beberapa bingkisan berupa seserahan.

Sambutan diberikan oleh perwakilan keluarga calon mempelai pria yang datang tanpa kedua orang tua. Dilanjutkan dengan sambutan dari ayahanda calon pengantin wanita, yang lalu menanyakan kemantapan putri tercintanya untuk menikah. Prosesi sang ayah menanyakan putrinya ini dilakukan di kamar, karena calon mempelai wanita dipingit atau tidak diijinkan keluar sepanjang malam, dan disebut tantingan.

Sang putri menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada kedua orang tua. Selanjutnya, karena anak gadisnya sudah siap untuk dinikahkan, sang ayah membutuhkan kembar mayang untuk digunakan saat pernikahan. Maka ia pun kemudian menugaskan orang yang bernama Kyai Sarayajati untuk mencari kembar mayang yang dimiliki oleh seseorang bernama Kyai Wasitajati. Kembar mayang ini selalu berpasangan dan dijajarkan kanan dan kiri. Melambangkan segala hal yang suci, jujur, dan baik di sebelah kanan, dan segala yang buruk, kebatilan dan kebohongan di sebelah kanan. Demikian makna filosofis kembar mayang dalam hubungan manusia dan lingkungan.

Setelah kembar mayang didapatkan, acara dilanjutkan dengan pembacaan dan penyerahan Catur Wedha atau wejangan oleh ayah calon mempelai wanita kepada calon pengantin pria. Catur wedha ini berisi empat pedoman hidup yang diharapkan menjadi bekal untuk pasangan pengantin dalam mengarungi hidup berumah tangga.

Acara selanjutnya adalah tilik nitik atau mengintip sang calon pengantin di kamarnya, yang biasanya dilakukan hanya oleh keluarga calon pengantin pria yang wanita saja. Kemudian dilanjutkan dengan santap malam, dan akhirnya penyerahan kancing gelung atau busana untuk dikenakan esok hari saat upacara panggih dan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan dari orang tua calon pengantin wanita kepada calon pengantin pria.

Demikian urutan simulasi prosesi midodareni yang digelar minggu sore, 14 Oktober 2018 di Plataran Cilandak. Sebuah prosesi yang bila dipahami dengan benar berisikan berbagai pesan dan tuntunan kepada pasangan calon pengantin dalam menjalankan kehidupan berkeluarga kelak.

Foto : Dok. Plataran

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP