Peragaan Tunggal Empat Puluh Kebaya dari Vera Kebaya

Dalam membentuk Vera Kebaya, desainer kelahiran Medan ini tidak berangkat dengan tangan kosong. Lama mendampingi desainer Adjie Notonegoro, Vera sudah banyak mengetahui serba serbi kebaya. Dengan bermodalkan pengalaman dan karakteristik yang sudah terbentuk pada garis desainnya, kemudian Vera Anggraini memutuskan melahirkan brand sendiri, Vera Kebaya. Menghadapi berbagai suka duka, Vera Kebaya berdiri dan bertahan hingga sekarang memasuki tahun ke-16.

Banyak dilirik para artis sampai pejabat, harus diakui kebaya rancangan Vera Kebaya berhasil merebut perhatian banyak wanita. Maka untuk merayakan keberhasilannya tersebut, Vera Anggraini menggelar show tunggalnya dalam tajuk `Merajut Nusantara` kemarin tanggal 15 Agustus 2018 di Raffles Hotel Jakarta. Pemilihan tema `Merajut Nusantara` bukan tanpa arti, bagi Vera show kebayanya ini merupakan sebuah penyatuan dari berbagai kultur budaya dan lintas seni.

Bahkan para tamu yang datang langsung disambut suara merdu keroncong dari Sundari Soekotjo dan Intan Soekotjo. Tidak hanya itu untuk memperkuat ambiance seni yang begitu melekat, Djajuk Ferianto dan KuaEtnika mengantarkan alunan musik etnik modern dengan sentuhan jazz selama fashion show berlangsung. Jiwa tradisional semakin terasa ketika satu per satu model yang memakai kebaya melenggang yang dibuka dengan sekuen pertama, Khatulistiwa dari Indonesia bagian timur.

Konsisten dengan kebaya bernuansa satu tone warna, pada sekuen Khatulistiwa 13 koleksi kebayanya menonjolkan warna-warna kaya dari pastel hingga warna bold bertabur kristal Swarovski yang gemerlap. Berganti sekuen Jawa Dwipa dari pulau Jawa dan Bali, hadir 12 kebaya dengan aksesori dari Jogja Putri, Bojonegoro, Madura, Betawi, Bali dan lainnya yang mempunyai keindahan masing-masing. Sekuen Swarnadwipa sekaligus penutup melansir 15 potong kebaya dari Aceh Besar, Karo, Batak Toba, Koto Gadang, Palembang, Lampung yang menawarkan adat pakem dan modifikasi.

Melalui indahnya balutan kebaya lengkap dengan keunikan dari setiap aksesori adat memberi pengetahuan baru betapa kayanya budaya Indonesia. Tetapi tanpa para perias tradisional dan sanggar tradisional seperti Ibu Mamie Hardo, Ibu Des Iskandar, Ibu Tarri Donolobo, Ibu Ida Zairinita, Ibu Aseng, Ibu Mumun, Ibu Kadek, Ibu Tio Gobel, Ibu Ira Boy Rafli, Ibu Ida Barus, Ibu Cut Marlen, Ibu Ida, Ibu Yuli, Sanggar Karina, Mahkota Sriwijaya yang berada di balik setiap aksesori adat keindahan kebaya akan terasa ada yang kurang.

Namun ada yang tidak biasa dari keempat puluh kebaya yang dilansir, dari segi siluet Vera Kebaya yang dikenal dengan kebaya simpel. Kali ini mencoba menggunakan train atau ekor yang menjutai lengkap dengan volume yang sedikit mengembang. Train tersebut pun dapat dilepas atau pasang sesuka hati yang memberikan pilihan tampilan berbeda. Bagian bawah kebaya juga ditemukan bertumpuk yang memberi kesan glamour. Sementara dari sisi fabric, Vera mengutamakan lace yang lebih mudah di samping bahan bludru yang juga dipakai pada beberapa kebaya untuk beberapa daerah yang selama ini lebih sering menggunakan bahan lace sebagai alternatif.

Anda dapat menyaksikan tayangan "Merajut Nusantara" di sini

Foto: Darwis Triadi

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP