Sinamot, Problematika Sebelum Pernikahan Batak

Sinamot menjadi prosesi penting dalam pernikahan Batak Toba. Sebelum pernikahan, paranak (calon pengantin pria) akan datang bersama keluarganya ke rumah parboru (calon pengantin wanita) untuk membicarakan berapa jumlah uang yang diibaratkan untuk menebus calon pengantin wanita. Ada banyak faktor mengapa keluarga pengantin wanita mengajukan sinamot dengan harga yang cukup tinggi salah satunya pendidikan. Akan tetapi terkadang sinamot yang tinggi menjadi batu sandungan yang menghalangi pasangan maju ke pelaminan. Maka, Voice of Indonesia yang sudah berdiri sejak 2010 dan didukung oleh Galeri Indonesia Kaya mencoba mengungkap problematika tersebut.

Berjudul sama yakni “Sinamot”, Rio Silaen seorang seniman berpengalaman yang juga berasal dari suku Batak merasa memiliki tugas untuk mengenalkan prosesi Batak sinamot pada masyarakat luas khususnya generasi muda yang berasal dari Batak. Pertunjukan ini dikemas dengan apik, yang menceritakan sepasang kekasih Bonar dan Lasma yang terlibat perselisihan antar keluarga yang dimulai karena sinamot. Di bawah arahan Rio, pada pertunjukan ini hadir pula Jajang C Noer, Haikal AFI Nasution, Gita Bebhita, Rita Matumona yang turut mengambil peran.

Sejalan dengan harapan yang ingin dicapai Rio, Renitasari Adrian (Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation) juga berharap melalui pertunjukan yang diadakan di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia – Jakarta pada tanggal 14 Mei 2014 lalu dapat menghibur dari sisi lakon yang ditampilkan. Sekaligus juga dapat memperkenalkan kesenian adat Batak, lantaran pertunjukkan yang berdurasi kurang lebih satu jam ini juga diselingi dengan lagu-lagu Batak di antaranya Tano Batak, Sengko, Sapele, Sijapang, Sai Anju, Sinamot, dan banyak lagi lagu lainnya. Juga wastra Batak, ulos, yang menjadi kain penutup di setiap acara adat.

Foto: Dok. Image Dynamics

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP