Venue Cantik Bernilai Sejarah

Foto: Dok. Saskia dan Rengga by Cariosan Photo

Di Jakarta masih banyak terdapat bangunan berarsitektur Belanda yang kini sudah beralihfungsi menjadi tempat-tempat komersial seperti hotel atau restoran. Namun meski telah mengalami perubahan fungsi, bentuk bangunan tetap dipertahankan. Tidak hanya karena masuk ke dalam kawasan cagar budaya, arsitektur Eropa yang menonjol menjadi kelebihan yang menjadi nilai jual tersendiri. Bagi calon pengantin yang sedang merencanakan pernikahan dengan konsep klasik beberapa venue berikut ini dapat menjadi deretan pilihannya.

  1. Kembang Goela

Lokasi restoran yang memiliki unsur peranakan pada dekorasinya ini terletak di Jl. Jend. Sudirman Kav 47-48, Jakarta Pusat. Berdiri di lahan seluas 700m2, Kembang Goela dahulu merupakan rumah kediaman di masa penjajahan Belanda yang sekarang berganti fungsi menjadi restoran tanpa mengubah bentuk awal bangunan. Ciri bangunan seperti langit-langit yang tinggi, jendela kuno pipih disertai lampu kuno yang antik, rasanya tidak boleh dilewati untuk menemani pesta pernikahan yang dapat di-mix dengan tema rustic atau country. Memiliki beberapa ruangan yang terpisah, Kembang Goela memiliki kapasitas hingga 500 tamu untuk standing party. Berkesan homey, restoran ini mampu menghantarkan kenyamanan agar tamu Anda dapat menikmati pesta seperti sedang berada di rumah tempo dulu.

Foto: Dok. Istimewa

  1. Tugu Kunstkring Palais

Awal pertama kali dibangun pada tahun 17 Mei 1914, gedung ini dikenal dengan Bataviasche Kuntskring yang berfungsi sebagai markas Kuntskring. Sempat berganti-ganti fungsi, kini gedung milik pemerintah tersebut ditempati dan difungsikan sebagai restoran. Tugu Kunstkring Palais begitu restoran ini disebut yang beralamat di Jalan Teuku Umar, Menteng. Terdiri dari beberapa ruangan, masing-masing ruangan memiliki atmosfir yang berbeda-beda yang secara umum mengambil unsur oriental yang tampak dari lampion dan dominasi warna merah. Pasangan yang bermimpi menikah di tempat berasitektur Eropa dengan ambiance oriental, Tugu Kunstkring Palais layak menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan.

  1. The Hermitage

Lagi-lagi gedung yang akan dibahas pun berdiri di kawasan elit Menteng. Menteng memang dikenal sebagai kawasan cagar budaya yang mempunyai banyak gedung bercorak arsitektur kolonial. Hotel The Hermitage menjadi salah satu gedung di menteng yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Pada zaman pendudukan Belanda, gedung yang disebut “Telefoongebouw" ini pernah menjadi kantor telekomunikasi Belanda. Hingga berkali-kali ditempati oleh departemen pemerintah yang berbeda-beda serta dijadikan universitas, gedung ini pun sekarang telah diresmikan pada 5 Juni 2014 sebagai hotel. The Hermitage merupakan hotel dengan fasilitas yang tidak kurang dari hotel berbintang lima. Memiliki ruang besar yang megah, The Hermitage menawarkan pada calon mempelai yang segera melangsungkan pernikahan dengan konsep indoor. Dengan kapasitas ratusan undangan, calon pengantin yang ingin mengusung konsep pernikahan klasik atau vintage The Hermitage sangat mendukung dari arsitekturnya yang memang klasik.

  1. Gedung Arsip Nasional

Gedung peninggalan Belanda selanjutnya adalah gedung yang pernah menjadi rumah perkebunan Gubernur Jenderal Reyner de Klerk. Ialah Gedung Arsip, gedung bersejarah tempat penyimpanan segala arsip setelah pemerintah Hindia Belanda membeli gedung tersebut dari Reyner de Klerk. Memiliki halaman hijau yang luas, kini setelah berganti fungsi menjadi museum gedung arsip sering dijadikan lokasi pernikahan yang rata-rata mengusung konsep outdoor/ semi outdoor untuk menonjolkan kemegahan arsitekturnya dari luar. Dibangun tahun 1760, Gedung Arsip mematok harga relatif terjangkau bagi calon pengantin yang tertarik menikah di gedung tersebut. Untuk para calon mempelai yang ingin mengabadikan momen bersejarah di tempat bersejarah pula, Gedung Arsip jawabannya.

  1. Bunga Rampai

Restoran yang beralamat lengkap di Jl. Cik Ditiro No. 35, Menteng Jakarta Pusat ini, sebelumnya merupakan rumah kediaman milik Drg. Sumardjono, seorang dokter gigi pertama di Indonesia. Kemudian rumah tersebut berpindah tangan kepada Ibu Muslim Taher yang kemudian dijadikan restoran oleh sang anak yang hingga kini dikenal sebagai Bunga Rampai. Dibangun awal abad 20-an, bangunan yang kental akan arsitektur Eropannya ini cukup presisi dijadikan tempat resepsi. Restoran berlantai tiga ini mampu menampung tamu hingga 300 orang. Tema dekorasi interiornya yang bercampur antara kolonial, klasik, serta modern, menjadi kelebihan bagi calon pengantin yang tidak perlu lagi mendekorasi ruangan karena tata tempatnya yang sudah cukup representatif.

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP