Yuk Tentukan Pilihan. Menikah Di Tempat Pengantin Pria Atau Wanita?

Saat masih berpacaran, menjalani hubungan jarak jauh mungkin tidak menjadi halangan. Di era digital ini kita bisa berkomunikasi setiap saat setiap waktu dengan siapapun di belahan dunia manapun. Namun saat Anda dan pasangan memutuskan untuk menikah, mulailah kebimbangan itu terjadi, “Mau digelar dimana ya pernikahan kita sayang?” mungkin itu pertanyaan yang Anda atau pasangan Anda lontarkan.

Perbedaan tempat tinggal memang terkadang memusingkan pasangan calon pengantin untuk menggelar pernikahan. Terlebih bila masing-masing orang tua baik dari pihak wanita maupun pihak pria ingin menggelar pesta di kediaman atau di kota tempat mereka tinggal. Mungkin istilahnya, masing-masing orang tua ingin merasakan punya hajat. Dan sebagai negara dengan berbagai suku bangsa, Indonesia memiliki begitu banyak tradisi. Bisa saja di satu daerah, menikah harus di tempat keluarga pengantin wanita, sementara di daerah lain, menikah harus di tempat keluarga pengantin pria.

Nah, bagaimana menyelesaikan masalah ini? Satu hal yang sudah pasti harus dilakukan adalah, berbicara dari hati ke hati. Antara Anda dan pasangan, antara Anda berdua dengan orang tua pasangan, antara Anda berdua dengan orang tua Anda, juga antara Anda berdua dengan kedua pihak orangtua secara bersamaan. Percayalah, pembicaraan baik-baik dari hati ke hari, selalu mampu memecahkan berbagai masalah. Berikut beberapa hal yang bisa Anda pertimbangkan bersama.

  1. Menikah di tempat asal keluarga wanita

Dalam adat Jawa, pernikahan menjadi hajat pihak keluarga wanita, sehingga pada umumnya pernikahan digelar di kediaman wanita atau dibiayai oleh pihak keluarga pengantin wanita, dengan bantuan dari pihak pria. Namun biaya terbesar tetap dikeluarkan oleh pihak mempelai wanita. Sementara itu, bila pihak mempelai pria ingin menggelar pesta sendiri setelah pesta pernikahan usai digelar di kediaman mempelai wanita, dapat dilakukan dalam prosesi yang disebut ngunduh mantu, yang sepenuhnya menjadi hak keluarga mempelai pria dan seluruh biaya juga ditanggung oleh mereka. Berasal dari dua kata, “ngunduh” dan “mantu”. Ngunduh bermakna panen atau memanen bukan dalam arti sebenarnya. Kata panen dimaknai sebagai sinonim dalam arti mengambil yang digabung dengan kata “mantu” atau menantu. Jadi, ngunduh mantu berarti mengambil menantu. Bila sang gadis berasal dari kota A, dan keluarga pria yang berada di kota B ingin mengundang para kerabatnya untuk merayakan pernikahan putranya di kota B. Di situlah pelaksanaan prosesi ngunduh mantu yang sebenarnya dilakukan sebagai bentuk perayaan mengambil menantu. Perlu diketahui dalam tradisi Jawa seorang gadis yang telah dipersunting resmi menjadi anggota keluarga pria.

  1. Menikah di tempat asal keluarga pria

Bila dalam tradisi Jawa, pernikahan digelar oleh keluaga wanita, maka sebaliknya dalam tradisi Bali, pernikahan umumnya digelar dikediaman keluarga pengantin pria. Untuk itu, ada ritual yang disebut penjemputan calon mempelai wanita, dimana calon pengantin wanita dijemput menuju kediaman keluarga calon pengantin pria, untuk melaksanakan pernikahan. Sebelum dijemput, calon mempelai wanita terlebih dulu diselimuti kain kuning tipis mulai dari ujung rambut hingga kaki. Kain kuning yang membungkus calon mempelai wanita diibaratkan bahwa mempelai wanita telah siap mengubur masa lalunya sebagai lajang untuk menyongsong kehidupan baru, kehidupan berumah tangga.

  1. Menikah di dua kota sekaligus

Dengan alternatif ke tiga ini, pasangan calon pengantin tidak perlu memilih ataupun berselisih pendapat menentukan di kota mana pernikahan akan dilangsungkan. Bila memang sanggup mengadakan pernikahan di dua kota sekaligus, maka tidak menjadi masalah merayakan hari bahagia di tengah masing-masing keluarga untuk saling berbagi kebahagiaan bersama. Bisa saja hari ini Anda menggelar pernikahan di kota A, selanjutnya selang dua minggu atau sebulan kemudian pesta pernikahan kedua dilangsungkan di kota B.

Foto : Dok. Istimewa

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP