Istana Hati Anne Avantie

Tanpa terasa hampir 25 tahun putaran waktu membawa sosok Anne Avantie mengarungi jagat fesyen tanah air. Selama itu pula sanjungan hingga kritik yang menghujam mewarnai perjalanan hidupnya. Namun hingga detik ini, tidak sedikitpun ia gentar akan semua itu. Ide-ide cemerlangnya masih terus mengalir. Hatinya masih menggenggam erat intuisi untuk melestarikan budaya nusantara. Yang ia hidupkan melalui berbagai desain kebaya nan indah.

Belakangan pemaknaan hatinya akan sebuah kesuksesan pun mulai bergeser. Di butiknya yang berlokasi di salah satu relung mall ternama ibukota, yakni Grand Indonesia, Anne Avantie bercerita perihal langkah hatinya itu. Yang diakuinya kini tengah menuju pada sebuah titik. Fase pencarian akan makna sejati sebuah prestasi.

Metamorfosa Dengan Kebaya
Ya, semenjak memutuskan untuk menekuni desain kebaya pada medio 90-an, nama Anne Avantie memang mencuat mengungguli apa yang pernah diraihnya sebagai desainer gaun malam. Padahal, di awal peralihan ia sempat dihinggapi perasaan gundah. Di bukunya ‘Aku Anugerah Dan Kebaya’ Anne menuturkan, bahwa keputusannya beralih pada kebaya bukanlah sebuah perkara kecil. Saat itu, ia harus menyudahi nyawa bisnis yang sudah dihidupkanya selama bertahun-tahun. “Berbagai gaun malam di butik saya, modiste saya, klien saya, semua itu merupakan aset yang sangat besar yang harus saya lepaskan. Syukurlah, Tuhan menuntun hati ini untuk dapat legowo menghadapi semua itu,” ujarnya lembut.

Dengan doa serta tekad yang kuat, perempuan yang terlahir dengan nama Sianne ini, kembali memulai segalanya dari bawah. Mula-mula dipelajarinya berbagai hal mengenai ragam kebaya nasional. Entah sudah berapa banyak kendala yang ia jumpai dalam proses pembelajaran itu. Namun tak pernah ia jera untuk terus mencoba. Hingga pada suatu ketika, Anne melihat sebuah keunikan yang menarik minatnya dalam mendesain kebaya. Ia ingin membuat kebaya modifikasi dengan sentuhan kretivitas tanpa batas. “Saya ingin membuat kebaya dengan wajah yang berbeda. Lebih atraktif, namun tidak meninggalkan kemurnian jiwa kebaya,” terangnya.

Seiring berjalannya waktu, olah rasa tanpa kenal lelah itu membuahkan hasil, yakni rupa desain kebaya dengan karakter yang khas. Banyak orang mulai melirik dan kepincut desain kebaya yang kerap disebut kebaya Anne Avantie. Tak ayal, hal itu menghantarkan Anne pada pentas mode bergengsi di tanah air. Tak jarang kegemilangannya itu diganjar berbagai penghargaan bergengsi. Fase peralihan itu sukses dilalui Anne, hingga seperti sekarang ini.


Tak Ada Yang Abadi
Dan akhirnya dari sekian banyak pencapaian kehidupan itu, Anne menapaki tahap yang lebih matang lagi dalam pola pikir serta spiritualitasnya. Ada satu rasa bahwa akhirnya semua ini hanyalah titipan Tuhan yang tidak mungkin ia sempurnakan. Sebab kesempurnaan begitu Ilahi buatnya. “Kini, saya tidak lagi meributkan dan menahan diri untuk tidak mengeksplorasi mengenai bagaimana saya berkarya. Penghargaan apa yang didapat,” terangnya.

Sesaat Anne Avantie menarik nafas panjang, kemudian kalimat demi kalimat yang tertata mulai kembali terdengar. Vokal suaranya halus dan lembut. Sungguh mewakili sosoknya yang keibuan. Hal itu juga diperkuat dengan sikapnya yang ngemong layaknya seorang ibu. Tak heran bila oleh banyak orang, ia akrab disapa dengan sebutan bunda Anne. Boleh jadi lantaran sifatnya itu, membuat banyak kiennya rela antri agar dapat ditangani langsung oleh sang bunda. Entah itu saat mencoba kebaya, atau berkonsultasi perihal desainnya. Seperti saat itu, ketika Weddingku Tradisional menemuinya di minggu ke dua akhir pekan bulan Oktober lalu.

Setiap hari Sabtu - Minggu secara teratur Anne bertolak dari Semarang ke Jakarta. Dan itu merupakan pilihan yang tidak mudah. Sebab ia harus meninggalkan keluarga tercinta. Menanggalkan sejenak kodratnya sebagai seorang istri, ibu, anak serta nenek bagi cucu-cucunya. Namun karya serta karir membuatnya harus seperti itu. Pada suatu ketika dalam perjalanan yang ditempuhnya dengan menggunakan kereta api, Anne seolah berdialog dengan dirinya. Hati kecilnya bertanya, Anne Avantie kamu mau terus seperti ini? “Melalui perenungan serta pemikiran yang dalam, saya menjawab pertanyaan itu. Pada suatu hari saya harus pulang. Harus kembali bersama-sama bisa beribadah di hari Minggu, dengan suami, anak, cucu dan ibu saya. Itu adalah kebahagian yang tidak bisa dibeli,” ujarnya.

Lalu apa sebenarnya yang membuatnya terus berkarya dan tidak pernah merasa takut bahwa pada suatu hari semuanya akan selesai? “Justru saya sedang mempersiapkan diri bagaimana mundur teratur dengan baik. Oleh karena itu, kini saya tengah mempersiapan planning ke depan bagaimana nanti saya membawa Anne Avantie ini. Bila ditanya, Anne Avantie ini ada regenerasi? Saya jawab tidak ada. Bagaimanapun sebuah kesusksesan itu harus ada akhirnya. Maka Tuhan ciptakan pagi itu, pasti suka tidak suka akan menjadi malam. Begitupun sebaliknya. Namun bukan berarti Anne Avantie akan hilang sama sekali. Konsep saya adalah membuat Anne Aventie menjadi sebuah merek yang tidak selalu menyertakan sosok saya. Buat saya prestasi sejati adalah ketika karya-karya saya ini bisa menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Itu adalah prestasi sejati,” tutupnya.

Foto Sujanto Huang

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP