Meniti Jejak Sang Dewi dalam Gerak Tari

Swargaloka merupakan sanggar binaan untuk berbagai cabang kesenian yang didirikan sejak 1993 di Yogyakarta dan kini mulai dikembangkan di Jakarta. Ketika didapuk untuk memeriahkan HUT Jakarta ke-486 yang jatuh hampir bersamaan dengan HUT Swargaloka ke-20, dengan bangga Swargaloka mempersembahkan drama tari yang berjudul “Jejak Asa Sang Dewi Jilid II” pada Jumat malam tanggal 28 Juni 2013 di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru. Cerita yang diangkat merupakan kisah nyata perjalanan sang Dewi, yakni Dewi Sulastri yang sejak kecil sudah tertarik menari dan menembang. Namun, sebelum tirai dibuka, sebelum pentas dimulai, Jaya Suprana selaku pendiri MURI menganugerahkan rekor MURI kepada Dewi Sulastri atas rekornya sebagai pemrakarsa drama wayang.

Drama tari 4 babak ini mengisahkan perjalanan hidup seorang Dewi Sulastri yang di usia belia dititipkan oleh ayahnya kepada dalang ternama di Jepara, bernama Ki Sutrisno, hingga pada akhirnya Dewi hijrah ke Jakarta dan talentanya mulai dilirik banyak tokoh seniman. Gerak tubuh yang terkadang cepat terkadang perlahan seakan bercerita kepada penonton tentang rasa riang serta kegelisahan yang dirasa oleh Dewi yang diperankan langsung oleh Dewi Sulastri, terhadap budaya pop yang menjangkit bangsa ini. Didukung oleh puluhan penari serta bintang tamu (Aylawati, Mugiyono Kasido, Slamet Gundono, Tri Irianto), mereka bercerita melalui tubuh mereka, bagaimana budaya Jawa mulai terkisis dan beralih dengan budaya pop yang dibawa oleh Barat. Juga fenomena yang merebak tentang keberadaan tari yang seharusnya dibawakan dengan rasa hormat disalahgunakan dengan mengeksplorasi gerak tubuh yang berlebihan dan cenderung seronok.


Tak kurang dari 5 kereografer muda yang telah berpengalaman di dalam dan luar negeri terlibat dalam pergelaran sendra tari ini. Menghadirkan sebuah suguhan yang kaya dengan keindahan tari yang berpadu apik dengan arransemen musik dari Dedek Wahyudi yang berperan sebagai penata musik. Komposisi cerita yang rapi dan mudah untuk diikuti tak lepas dari campur tangan sang sutradara Irwan Riyadi, penata artistik Etri Hadisumarto, serta produser yang juga suami Dewi Sulastri yakni Suryandoro.

Pada akhirnya, sendra tari ini tidak hanya menyampaikan perjalanan hidup seorang dewi, tetapi mengusung sebuah pesan tentang kegelisahan terhadap budaya Indonesia secara global yang mulai ditinggalkan oleh bangsanya sendiri demi menjunjung budaya pop yang lebih modern.


Teks: Mery Desianti
Foto: Suryandoro dan Pradnya Paramita

LEAVE A COMMENT

Comments (1)

  • retno

    02 Aug 13

    hebat...bu dewi adalah guru tari saya...congrats buat bu dewi n sukses selalu dalam misinya melestarikan budaya bangsa dikalangan anak muda....meski sedih ga bisa lihat pertunjukannya...but keep proud

BACK
TO TOP