Dekorasi Khas Pernikahan Adat Jawa

Foto: Jimboengphoto


Dalam pernikahan adat Nusantara, bukan hanya busana dan prosesinya saja yang berbeda. Bahkan dekorasi atau hiasan pernikahannya pun berbeda. Misalnya pernikahan adat Jawa yang sering kali dihiasi dengan berbagai macam dedaunan dan tumbuhan lainnya.


Biasanya, sehari sebelum hari pernikahan, gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi tarub atau yang sering dikenal sebagai janur kuning yang terdiri dari dua buah pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohonnya.


Pohon pisang dipilih karena mudah tumbuh di mana saja. Hal ini melambangkan bahwa suami yang akan menjadi kepala rumah tangga nantinya akan menuntun keluarganya agar bisa hidup dengan baik dan bahagia di mana saja mereka berada atau tinggal.


Kemudian ada tebu wulung atau tebu merah yang melambangkan keluarga agar selalu berpikiran sehat dan jernih. Ada pula cengkir gading atau buah kelapa muda yang berarti pasangan suami-istri akan saling mencintai dan menjaga satu sama lain. Tidak lupa berbagai macam daun, seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan dijauhkan dari segala mara bahaya.


Tapi, sebelum tarup dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut berupa pisang, kelapa, beras, daging sapi, tempe, buah-buahan, roti, bunga hingga berbagai macam minuman termasuk jamu.


Jangan beranggapan aneh-aneh mengenai sesajian ini karena hal ini merupakan bagian dari adat atau prosesi pernikahan adat Jawa yang tentunya memiliki makna kebaikan di dalamnya. Sesajian ini merupakan simbol agar pernikahan bisa diberkati oleh leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat.


Sesajian akan diletakkan di tempat-tempat di mana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti di kamar mandi, dapur, pintu gerbang, di bawah tarub, di jalanan dekat rumah, dan berbagai tempat lainnya yang dirasa perlu.


Selain itu, di atas gerbang rumah pengantin wanita juga akan dipasang bleketepe yakni hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa adanya acara pernikahan yang sedang berlangsung di tempat tersebut.


Dekorasi lainnya yang akan dipersiapkan adalah kembang mayang. Kembang mayang ini akan digunakan saat upacara panggih (perjumpaan). Namun, upacara ini hanya dilakukan bagi pengantin yang masih lajang alias belum pernah menikah sebelumnya. Jika sebelumnya pengantin wanita sudah pernah menjadi janda (baik janda mati atau janda cerai), maka upacara ini dapat ditiadakan. Dengan artian, dekorasi kembang mayang juga tidak perlu dibuat.


Semua dekorasi tersebut bisa Anda pasang di manapun nantinya Anda menikah selama Anda menikah menggunakan adat Jawa, baik itu di rumah maupun di gedung. Tidak ada salahnya kita melestarikan budaya yang ada untuk menghormati sekaligus melestarikan budaya yang kita pegang keyakinannya.

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP