Deretan Gaun Klasik Bergaya Kekinian Menghiasi 25 Tahun Sebastian Gunawan Berkarya

Tak terasa 25 tahun sudah Sebastian Gunawan dan sang istri, Cristina Panarese berkarya di ranah mode tanah air. Merayakan eksistensinya selama lebih dari dua dekade ini, Seba, begitu panggilan akrabnya, menggelar peragaan busana bertajuk ‘Whisper/Roar’ pada Selasa malam 10 Oktober 2017 di Grand Ballroom Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta.

‘Whisper/Roar’ sendiri mengandung filosofi dari bisik-bisik, kemudian semakin nyaring, hingga akhirnya berubah menjadi sebuah gemuruh. Seperti perjalanan karya Sebastian Gunawan dari seseorang yang bukan siapa-siapa dan kini menjadi desainer papan atas tanah air. Mengeksplorasi kekayaan romantisme gaya berbusana era tahun 40an, tahun 50an, dan tahun 60an, barisan koleksi yang dihadirkan seolah menelisik rancangan sejak semula, semakin berkembang, lalu menjadi besar. Ditandai dengan rancangan-rancangan bersiluet dramatis, detail artistik, serta penggunaan bahan yang diolah dengan sangat menakjubkan, dengan sentuhan kekinian.

Berawal dari ketertarikan Sebastian dan Cristina pada ketrampilan tangan yang tinggi, seperti kecakapan dalam melipat, kecantikan motif serta tekstur yang dihasilkan dari olahannya, mempertemukan keduanya pada eksotisme Asia dalam mengolah detail dengan romantisme busana Eropa yang memiliki kekeayaan tekstil denan tekstur bahan yang begitu variatif. Hingga akhirnya, melalui 82 koleksi yang diperagakan kali ini Sebastian dan Cristina ingin memberikan pernyataan mode yang hadir dalam ragam potongan seperti A-line, celana, gaun, jaket pendek, jaket panjang, fitted, duyung, yang berpadu menjadi koleksi yang sempurna. Sementara permainan bentuk lengan menjadi salah satu pusat perhatian dari deretan busana yang ditampilkan. Mulai dari lengan lurus, bervolume, bertumpuk, pendek, dan panjang, memperkaya siluet busana.

Busana dengan gaya tahun 40an terlihat dalam siluet gaun lurus yang seakan berbisik tenang sekaligus meneriakkan tawaran baru melalui detail bergambar malaikat kecil yang tersusun dari butiran Swarovski. Sementara itu, gaya tahun 50an hadir dalam rancangan rok lebar mengembang dari bahan lace kaku berlengan pof yang diperkaya detail pita yang dilipat, ditekuk, dijahit tindas, di sekujur busana. Dan terakhir, gaya tahun 60an menghadirkan penggunaan bahan-bahan bernilai vintage seperti damask, mikado, sifon, lame matelasse, lace, sequin, hingga sejenis kulit imitasi.

Gaun demi gaun yang melenggang di depan para penikmat mode bak sebuah karya seni yang dikerjakan dengan kerajinan tangan yang begitu indah. Tak hanya keindahan taburan kristal, manik, payet hingga sulaman, Sebastian juga menggali lebih jauh detail menarik dalam seni lipit dan tekuk pita, hingga menghasilkan berbagai bentuk seperti segitiga yang lalu disusun bertumpuk hingga membentuk motif timbul tiga dimensi, ataupun bentuk anyaman keranjang bambu berukuran besar dengan hasil akhir yang memikat.

Foto. Tim Muara Bagdja

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP