Muara Cinta Renita

Beruntunglah mereka yang saat ini bekerja pada bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati pekerjaan maupun hidup. Salah satunya ialah Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. Ia mengaku bahwa pekerjaanya yang kini banyak bersinggungan dengan budaya Indonesia, memberi nutrisi positif bagi jiwanya. Tak heran, ia kerap lupa waktu ketika tengah asik berdiskusi perihal pagelaran budaya bersama para seniman. Pada sebuah kesempatan di Bulan Oktober lalu, Weddingku Tradisional menemui Renita di kantornya. Tepatnya di Galeri Indonesia Kaya (GIK), yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia Shopping Town lantai 8. Di galeri yang berisikan segala macam informasi mengenai budaya Indonesia itu, ia berbagi cerita mengenai perjalanannya menemukan muara cinta dalam berkarya. Untuk dirinya, keluarga serta Indonesia.

Belakangan pentas seni pertunjukan yang mengedepankan unsur daerah kembali marak di Jakarta. Program budaya yang seolah mati suri, seketika bangkit dari tidur panjangnya. Salah satu motor pengerak hal tersebut adalah PT. Djarum melalui program Djarum Apresiasi Budaya, yang sejak 21 tahun silam fokus menggali dan melestarikan budaya nusantara bersama para seniman Indonesia. Dan kini program itu berjalan sukses. Pementasan teater, drama musikal, hingga wayang orang, kerap sesak dipenuhi penonton.

Selain Djarum, ada seseorang yang tentunya bangga melihat hal itu, ia adalah Renitasari Adrian. Sebab ia adalah orang yang dipercaya perusahaan besar itu, untuk menahkodai berbagai program budaya. “Awalnya sempat sedikit tidak percaya diri ketika ditawari kesempatan untuk mengurus program bakti budaya oleh atasan. Namun ketika dijelaskan visi, misinya, saya tertarik dan tertantang untuk menjalankan hal tersebut,” ujarnya.

Perjalanan Menemukan Cinta
Layaknya pelangi, perjalanan karir maupun kehidupan perempuan kelahiran Bandung ini sarat akan warna. Di usia yang masih muda, ia harus pandai membagi waktu antara urusan mengasuh anak dan memulai karir pekerjaan. “Waktu itu saya berpikir simpel, saya harus bekerja untuk hidup. Mungkin kedengarannya klise. Tapi itulah yang terjadi. Dan harus saya jalani ketika usai merampungkan pendidikan,” ujarnya membuka cerita.

Awal perjalanan karir Renita dimulai sebagai seroang Public Relation pada sebuah Hotel di kota Bandung. Setahun mengurusi berbagai informasi mengenai hotel tersebut, Renita kemudian hijrah ke Jakarta. Di ibu kota, ia sempat bekerja pada perusahaan besar ternama. Bahkan satu di antaranya adalah perusahaan bertaraf internasional. Dalam bekerja Prestasi Renita terbilang cemerlang. Ia adalah satu-satunya product manager wanita yang mewakili Asia untuk sebuah brand minuman asal luar negeri.

Genap 10 tahun bekerja, ia menjumpai satu titik bahwa semuanya sudah berjalan dengan baik. “Ibaratnya kalau menerbangkan pesawat, itu sudah auto pilot. Jadi tanpa saya melakukan sesuatu pesawatnya sudah dapat mendarat sendiri. Kenyamanan itulah yang membuat saya berpikir harus mencari sesuatu yang baru. Yang segala sesuatunya belum pernah saya lakukan,” papar Renita.

Lantaran memiliki prestasi yang cemerlang, tak sedikit perusahaan-perusahaan besar yang mengajaknya untuk bergabung. Dari berbagai tawaran yang datang, hati Renita terpaut pada PT. Djarum. “Entah mengapa sejak dulu sisi ke-Indonesian saya selalu tersentuh saat melihat tayangan iklan Djarum di televisi. Dalam hati saya berucap, ini kok Indonesia banget! Saya ingin sekali menjadi bagian dari tim yang mengangkat segala keindahan bangsa ini,” pungkasnya. Beruntung apa yang menjadi keinginan hati Renita tidak bertepuk sebelah tangan. Tahun 2007, ia pun resmi bergabung dengan PT. Djarum.

Di perusahaan itu Renita menangani divisi Corporate Communication. Tugasnya mengkomunikasikan segala hal yang dilakukan Djarum untuk men-support program olah raga, pendidikan dan lingkungan di Indonesia. Dinilai sukses, Renita pun kembali dipanggil sang atasan untuk menangani Bakti Budaya Djarum Foundation. Meski awalnya sempat ragu, akhirnya ia menyanggupi tanggung jawab itu. Dan nyatanya Renita terbukti mampu. Lihat saja berbagai pagelaran budaya Indonesia, kini mulai rutin diselenggarakan. Ketika ditanya apakah akan mengalami sindrom auto pilot lagi? Ia pun menjawab; “Sepertinya kali ini sulit. Hati saya sudah di sini. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta saya terhadap Indonesia juga pekerjaan saya,” urainya sembari tersenyum.


Foto Sujanto Huang

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP