Pancaran Kemegahan Busana Adat Jawa yang Sarat akan Makna

Foto: Denny Tjan


Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia. Masyarakatnya sebagian besar berada di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur yang setiap daerahnya juga memiliki ciri khas dan perbedaan masing-masing. Dalam hal pakaian, busana pengantin Jawa terinspirasi dari busana kalangan bangsawan dan raja keraton, salah satunya busana pengantin Solo. Busana pengantin Solo ini terdiri dari dua gaya, yakni busana pengantin Solo Putri dan pengantin Solo Basahan.


Busana pengantin Solo Putri sering mengenakan kebaya yang dipasangkan dengan kain batik untuk bawahannya. Kebaya tersebut memiliki model bef atau kutu baru dengan potongan panjang hingga lutut pengantin wanita. Sedangkan untuk bahannya, biasanya menggunakan material beludru warna hitam, hijau, biru, merah, ungu dan coklat. Material beludru tersebut akan menambah kesan glamor bagi pengantin yang menggunakannya.


Foto: Denny Tjan


Selain atasan yang memiliki ciri khusus, kain batik yang dikenakan sebagai bawahannya juga memiliki motif khusus seperti sido mukti, sido mulyo, atau sido asih yang terdapat lipatan pada bagian depan kain dengan kisaran 9, 11 atau 13 lipatan. Lipatan ini akan mempermudah pengantin berjalan saat mengenakannya.


Ada lagi yang menjadi ciri khas pengantin Jawa yakni riasan pada dahi yang disebut paes Jawa. Paes Jawa ini adalah sejenis lilin berwarna hitam pekat dengan tambahan cundhuk mentul berjumlah 9 buah yang menandakan jumlah wali songo di atas kepala.


Riasan pengantin wanita Nusantara tidak akan pernah lepas dari penambahan bunga melati sebagai bungan khas Tanah Air. Selain riasan cundhuk mentul, akan dipasang pula ronce melati tibo dodo (untaian bunga melati yang panjang menjuntai hingga dada) dan cundhuk sisir yang dipasangkan di sanggul konde bokor tengkurep dan ditutup dengan racik melati miji timun atau rajutan daun pandan dan melati.


Foto: Denny Tjan


Menilik sedikit mengenai makna paes, bahwa campuran malam yang bersifat tidak kering dan tidak meleleh ini memiliki makna doa dan tuntutan untuk sang pengantin perempuan lho. Berikut penjelsannya.


Gajahan yakni lekukan paling besar yang berada di tengah dahi. Maknanya adalah sebagai harapan untuk pengantin perempuan agar dihormati dan ditinggikan derajatnya. Lalu, ada pengapit yang merupakan lekukan lebih runcing di sisi gajahan yang berfungsi sebagai pengendali gajahan agar bisa berjalan lurus ke depan seperti jalannya rumah tangga yang tanpa rintangan berarti.


Foto: Denny Tjan


Kemudian ada lekukan lebih kecil lagi disebut penitis yang berada di samping pengapit sebagai simbol sesuatu yang harus memiliki tujuan efektif seperti dalam membuat anggaran rumah tangga. Ada pula godheg yakni lekukan yang menyerupai cambang sebagai pengharapan agar kedua mempelai dapat bertindak bijaksana dan selalu bisa mengintrospeksi diri. Setelah itu, ada pula istilah cithak yang berada di tengah-tengah dahi pengantin perempuan seperti perempuan India. Cithak ini adalah simbol kesetian pengantin perempuan Jawa.


Jangan lupa untuk melihat keragaman budaya lainnya di Indonesia Dream Wedding Festival (IDWF) 2020 yang bertajuk Authenticity pada 17, 18 dan 19 Januari 2020 di Jakarta Convention Center. Banyak hadiah yang akan menanti Anda. Ditunggu ya!


Credits:
Photographer: Denny Tjan | Make Up: Victoria Makeup Atelier | Stylist: Koko Namara | Baju Adat, Aksesoris & Hair Do: Des Iskandar | Model: Claudia Muazin from Wynn Models

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP