Cukup banyak pendapat yang mengatakan, tradisi itu ribet dan memusingkan. Pernikahan tradisional misalnya, selain banyak upacara yang harus dijalankan, busana dan tatarias-nya lebih rumit dibandingkan internasional. Pendapat ini ada benarnya. Akan tetapi, bila semua pengantin meninggalkan tradisi karena alasan ribet, dapat dipastikan kekayaan budaya di Indonesia ini hanya akan menjadi sejarah.
Untungnya, sekarang ini cukup banyak generasi muda yang jatuh cinta pada tradisi dan melestarikannya melalui pernikahan mereka. Dengan demikian, harapan agar tradisi dan budaya Indonesia yang begitu kaya dapat tetap lestari, dapat terwujud.
Mengenai tradisi, ada satu tradisi yang kerap dilakukan oleh calon pengantin dan perias pengantin beberapa hari sebelum hari-H, yaitu puasa. Hampir setiap perias pengantin tradisional melakukan puasa sebelum hingga hari-H, dan dianjurkan calon pengantin juga melakukan hal tersebut. Mengapa? Sesuai dengan ajaran agama, inti dari puasa adalah menahan nafsu, menahan emosi. Oleh karena itu, seorang calon pengantin yang melakukan puasa minimal 1 – 2 hari menjelang dan pada hari-H, diharapkan mampu mengontrol emosinya menghadapai segala ketegangan yang timbul. Pernikahan bukanlah hal yang mudah, segala persiapan menjelang pesta pernikahan tentunya mampu menguras tenaga, emosi, dan pikiran. Itulah sebabnya calon pengantin dianjurkan untuk berpuasa agar ia dapat lebih tenang menghadapi segala masalah dan keruwetan yang timbul, tidak terbawa emosi yang dapat merusak keseluruhan acara, dan bersikap lebih tenang sehingga apapun masalah yang timbul dapat teratasi dengan baik.

Jenis puasa yang dilakukan ada dua macam; puasa makan dan minum seperti layaknya puasa Ramadhan, serta puasa mutih, dimana hanya makan nasi putih dan air putih. Puasa mutih cukup disarankan, karena ditengah kesibukan mempersiapkan pesta pernikahan, calon pengantin tetap harus menjaga kebugaran tubuhnya. Untuk itu pengantin dapat tetap makan dan minum, namun hanya berupa nasi putih dan air putih. Puasa mutih ini mungkin tdak dapat dikaitkan dengan Agama dan bukan merupakan salah satu bentuk ibadah. Akan tetapi, biila diambil dari sudut pandang tata rias kecantikan, puasa mutih ini dimaksudkan agar calon pengantin wanita mengurangi konsumsi makanan berlemak, minyak, kolesterol serta makanan lain yang dapat menggangu kesehatan tubuh maupun kesempurnaan kulit. Tujuannya adalah mendapatkan hasil yang sempurna pada saat dirias dihari pernikahan sehingga pengantin dapat tampil cantik dan manglingi.
Salah seorang perias pengantin pernah bercerita,ia selalu berpuasa beberapa hari dan pada hari ia harus merias pengantin. Mengapa hal ini ia lakukan? Karena ia pernah tidak berpuasa pada saat merias, karena tidak berpuasa maka emosinya pun sulit dikendalikan, suasana hati tidak tenang, resah menghadapi persiapan sang calon pengantin. Suasana hati yang tidak tenang ini lalu menular kepada calon pengantin yang diriasnya. Dan ketika satu masalah datang, si calon pengantin gelisah, keluarga ikut gelisah, dan masalah tidak terselesaikan. Kondisi yang berbeda dialami ketika sang perias ini berpuasa, suasana hatinya begitu tenang, emosi pun terkendali. Ketenangannya menular pula kepada si calon pengantin, sehingga ketika masalah timbul, keduanya dapat berdiskusi dengan tenang dan menyelesaikan masalah tersebut.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, terlepas dari pro kontra yang melanda, tak ada salahnya calon pengantin menjalankan ritual puasa ini demi membantu kelancaran hari pernikahannya sendiri, dan tentu saja untuk tampil cantik sempurna.
Teks : Setia Bekti Handayani
Foto : Adit Sastradipdaja, dok.istimewa