Kemegahan Resepsi di Gedung Dhanapala

Wahyu Aditya & Rini Adhi Astuti
Gedung Danapala, Jakarta, 4 Mei 2013

Mati satu tumbuh seribu. Mantan berlalu, dapat kekasih baru. Dua baris kalimat tersebut mungkin dapat sedikit menyimpulkan sepenggal awal cerita yang membekas dalam lamunan Rini. Memutar kisah lama dalam ingatan kerap membuatnya tertawa atau meringis sedih. Begitulah cerita cinta, alurnya tidak melulu lurus seperti pohon pinus atau semanis gula. Jika di sana ada suka biasanya juga menyusup duka.

Lembar cerita pertama bermula kala Rini sedang dirundung kesedihan lantaran jalinan asmaranya kandas. Namun hal itu justru menjadi kabar gembira bagi kakak sahabatnya. Sebab ia berniat menjodohkan Rini dengan juniornya yang seorang dokter, yakni Wahyu. Singkat kata, akhirnya mereka berdua berjumpa untuk kali pertama. Sayang pertemuan itu berjalan kaku dan tidak meninggalkan kesan. Rini tidak melihat tanda-tanda rasa suka dari sikap Wahyu malam itu. Bahkan nomor handphonenya saja tidak ditanyakan. “Sudahlah, ini tidak akan berhasil,” ujar Rini dalam hati. Selalng beberapa waktu, Rini dikejutkan oleh cerita dari kakak sahabatnya, kalau dia mendapat pesan pendek dari Wahyu yang menanyakan nomor handphone Rini. Konon ketika bertemu, Wahyu terlalu gugup hingga lupa bertanya langsung pada Rini. Mendengar hal itu, kontan tawa Rini pun pecah.


Hampir sewindu terlewati, waktu seakan terasa begitu cepat berputar tanpa jeda. Dan dari sana ujian datang silih berganti menerpa hubungan Rini dan Wahyu. Selama berpacaran ada saja persoalan yang datang tak diundang. Namun hal itu memudahkan keduanya untuk saling memahami tabiat satu sama lain. Menemukan kecocokan untuk saling melengkapi membawa Rini dan Wahyu pada ikatan suci pernikahan.
Dalam menata konsep hingga memilih vendor, tiap mempelai kerap dihinggapi perselisihan. Hal serupa juga tak luput menerpa Wahyu dan Rini.


Bahkan Rini pun sempat bersitegang dengan kakaknya sendiri. Selisih paham dengan keluarga memang wajar terjadi, Rini pun memakluminya dan agar tidak terulang kembali Rini memilih membagi peran juga tugas agar lebih adil dengan sang kakak. Selain dukungan sang kakak, Rini pun banyak didukung oleh WO Lollipop yang senantiasa sigap membantu. Termasuk perubahan drastis yang terpaksa diganti mulai dari tema sampai busana pengantin.

Perubahan tema warna yang sudah direncanakan sejak awal berwarna hijau akhirnya harus diganti dengan biru. Cukup drastis memang, namun menurut pesan dalam mimpi teman mama yang didatangi salah seorang leluhur Rini berharap tema warnanya biru, bukan hijau. Demi menghormati leluhurnya, Rini pun mengganti semua ornamen hingga bunga yang berbau hijau dengan biru. Untuk busana pernikahan pun kembali Rini diuji. Kali ini Wahyu merasa berkeberatan dengan usul Rini yang ingin busana pernikahannya basahan atau dodotan yang mengharuskan mempelai pria bertelanjang dada. Alasannya, Wahyu merasa risih dengan keloid atau bekas luka yang membekas di dadanya yang akan terlihat jelas.

Di waktu yang sempit 1,5 bulan sebelum hari-H, Rini membanting stir mengubah busana pernikahannya dengan kebaya modern. Beruntung perias sekaligus sahabat Mama Rini, berbaik hati membuatkan sebuah kebaya. Lagi-lagi jalan keluar selalu dapat ditemui dengan tetap tersenyum optimis. Senyum yang sama yang kini mengembang di bibir Rini di hari pernikahannya. Siapa yang sangka satu hari pernikahan yang indah harus dicapai dengan hari-hari yang berliku panjang. Tapi semua itu terbayar dan Rini sangat senang, karena cerita ditutup dengan happy ending.

Tema Jawa Solo | Busana Pengantin Tienuk Riefki | Tata Rias Tienuk Riefki | Dekorasi Suryo Decor | Katering Akasya | Undangan Ken’s Collection | Venue Akad Kediaman Rini | Venue Resepsi Gedung Dhanapala | Foto & Video The Portraiture | Suvenir Fin Bpk. Okto (dr Jogja) | Wedding Organizer Lollipop Wedding Organizer

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP