Malam midodareni dianggap sebagai “menu wajib” bagi pasangan yang akan naik ke pelaminan. Namun, seberapa pentingkah malam midodareni bagi calon mempelai? Wajibkah dilakukan atau boleh absen dari dalam daftar prosesi yang harus Anda lewati?

Malam midodareni adalah malam sebelum akad nikah. Kata midodareni berasal dari bahasa Jawa, widodari yang berarti bidadari. Di dalam kata tersebut terkandung makna bahwa pada malam midodareni, para bidadari mendampingi Dewi Nawang Wulan turun dari surga untuk memberi restu dan mempercantik calon mempelai. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00. Di waktu itu, calon mempelai tidak boleh tidur karena saat midodaren ada petuah-petuah dan nasehat, serta doa-doa dan harapan. Tak heran jika malam midodareni merupakan hal penting yang tidak boleh dilewatkan. Pasalnya, siapa pula calon mempelai yang tidak mau didoakan menjelang hari pernikahannya agar kelak berjalan langgeng?

Malam midodareni tidak hanya dikenal oleh masyarakat Jawa saja. Hampir setiap adat dan daerah di Indonesia mengenal malam midodareni, namun tentunya dengan istilah berbeda. Malam midodareni diakui Bunda Watie adalah bagian dari tata cara pernikahan tradisional. Karena itu, bagi calon mempelai yang menginginkan pernikahan secara adat, maka tata cara malam midodareni merupakan hal wajib yang harus diikuti oleh calon mempelai. “Cuma, sekarang ini calon mempelai tidak mau terlalu direpotkan dengan tata cara malam midodareni yang ribet. Makanya, sekarang ini tata cara malam midodareni dibuat sederhana,” papar Bunda Watie lagi. Artinya, ada beberapa urut-urutan yang dihilangkan atau tidak digunakan lagi sehingga hanya diambil yang terpenting saja. Kendati demikian, tidak akan mengurangi kekhusyukan prosesi sebuah pernikahan. Dan yang terpenting adalah adanya doa dan harapan dari calon mempelai, sanak keluarga, dan kerabat yang hadir agar calon mempelai bisa langgeng ketika membina rumah tangga.

Apa saja tata cara atau urut-urutan malam midodareni di masa sekarang? Di bawah ini adalah tata cara malam midodareni menurut 4 adat/daerah yang bisa Anda simak:

Adat Palembang

Betangas & Bebedak
Empat belas hari sebelum hari Munggah dan akad nikah, ada beberapa ritual yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan calon mempelai wanita. Karena itu, calon mempelai wanita diwajibkan mandi uap dengan rempah-rempah. Setelah mandi uap, barulah bebedak.

Pasang/Lara Pacar

Uutuk calon pengantin wanita dipakaikan pacar di seluruh kaki dan tangan. Telapak tangan dan kaki juga dipakaikan pacar yang disebut pelipit.

Nganterke pacar

Orangtua calon mempelai wanita nganterke pacar ke pihak calon mempelai laki-laki. Di rumah calon pengantin laki-laki, calon besan disuguhi hidangan. Setelah makan hidangan barulah memacar calon mempelai laki-laki.

Netak contok

Yaitu memotong rambut beberapa lembar. Setelah subuh, calon pengantin wanita melakukan potong rambut beberapa lembar yang panjang dan yang pendek oleh sang perias.
Sumber: Wati Iskandar Wedding Organizer

Adat Jawa

Siraman
Calon mempelai dimandikan. Urut-urutan acara siraman yaitu pasang bleketepe dan tuwuhan, pengiriman air oleh duto Tirto, sungkeman, siraman, pecah kendi, ngerik rikmo (rambut), bopongan, potong tumpeng (tigas tumpeng), dodol dawet, dulangan pungkasa, melepas ayam dare, laporan duto tirto dan tanem rikmo.

Malam midodareni
Menjelang malam midodareni, diadakan upacara adat serah terima simbolis tali asih, tantingan, temuruning kembar mayang, catur wedho, perkenalan keluarga, doa-doa, ramah tamah oleh tirto wening dan tilik nitik/tilik keputren, penyerahan kancing gelung, dan penyerahan angsul-angsul.
Sumber: Sanggar Liza

Adat Betawi

Siraman dan Ditanggas
Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian.

Ngerik dan Potong Centung
Berlangsung di kamar calon pengantin wanita. Tujuannya membersihkan bulu-bulu halus calon pengantin wanita yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk, dan leher. Kemudian Tukang Piare membuatkan centung (potong centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya.

Malam Pacar
Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh Tukang Piare dan keluarga serta teman dekat calon mempelai wanita. Biasanya calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tat arias ala none, yakni kebaya encim dan riasan tipis.

Adat Sunda

Ngebakan atau Siraman
Memandikan calon mempelai wanita agar bersih lahir dan batin sebelum memasuki pernikahan. Urut-urutan acara Ngebakan adalah Ngecagkeun Aisan (calon mempelai wanita digendong secara simbolis oleh sang Ibu, sedangkan sang ayah membawa lilin berjalan di depan menuju tempat sungkeman), Ngaras (permohonan izin kepada orangtua dengan cara sungkeman dan mencuci kaki orangtua), Pencampuran Air Siraman, Siraman, dan Potong Rambut.

Ngeyeuk Seureuh
Prosesi untuk memberikan kesempatan kepada kedua calon mempelai untuk meminta restu pada orangtua masing-masing dengan disaksikan sanak keluarga. Pertama diawali dengan calon mempelai saling memegang benang kanteh sebanyak 7 helai dan panjang 2 jengkal sambil memohon doa restu dan izin untuk menikah.
Sumber: Sanggar Liza

Teks: Nisa Maulia
Foto: Dok. Kemang Digital Image

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP