Palang Pintu, Tradisi yang Menghibur Sekaligus Sarat Makna

Untuk memasuki kediaman calon mempelai wanita bukan soal yang mudah, butuh perjuangan keras. Jika sebelumnya mempelai pria sudah menyimpan persetujuan dalam acara ngelamar, tidak lantas semudah itu menikahi sang kekasih, masih ada satu rintangan, yakni palang pintu. Bukan seperti makna sebenarnya, palang pintu dalam ritual ini adalah sebutan bagi seorang jawara silat yang ditugaskan menjaga pintu kediaman mempelai wanita. Walaupun sang calon mempelai pria tidak secara langsung berduel menghadapi palang pintu yang dijaga oleh seorang jagoan silat dari pihak keluarga wanita. Namun calon mempelai pria tidak menyerah begitu saja, jagoan pun sudah disiapkan, bahkan yang lebih tangguh.

Prosesi yang dilaksanakan sebelum memasuki akad nikah ini, berlangsung sangat meriah serta menghibur. Disaksikan oleh para pengiring dan tamu undangan, aksi adu silat antara kedua palang pintu menjadi tontonan yang mampu menghipnotis siapa saja. Suasana ceria pun timbul dari penjaga pintu yang saling melontarkan pantun berbalas. Penjaga pintu bertanya dengan pantun, untuk menjawabnya penjaga pintu lainnya membalas dengan pantun pula. Pantun yang dilontarkan umumnya bersifat jenaka, sehingga mengundang tawa para pendengarnya.

Kedua jago saling adu kehebatan pencak silat, segala jurus mulai dari cimande hingga jurus cingkrik dikeluarkan agar menang. Perlu diketahui, pencak silat menjadi salah satu bela diri asli Betawi, di antara bela diri seperti Karate (Jepang), Taekwondo (Korea) yang lebih popular. Meski pada akhirnya jago dari mempelai pria yang menang, tidak jarang sepak terjang kedua jago silat mengundang decak kagum penonton. Bela diri di sini bukan salah satu tindak kekerasan, aksi tersebut hanya syarat dari tradisi pernikahan Betawi.

Setelah menang, penjaga pintu dari pihak mempelai wanita merasa belum puas sebelum mendengar mempelai pria membaca ayat suci Al-Quran. Sebagai pembuktikan tingkat iman sebelum menjadi imam dalam rumah tangga. Beberapa kali menerima ujian dan berhasil melaluinya, penjaga palang pintu barulah memperbolehkan mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita. Kembali keriuhan iring-iringan bergema, musik tanjidor serta marawis kembali berdendang. Bunyi petasan pun tidak kalah meramaikan suasana.

Ritual palang pintu seolah-olah menggambarkan betapa sulitnya menikahi wanita yang dicintai, berbagai rintangan harus ditempuh dan harus menang. Maka sesudah mendapatkan sang kekasih, sudah sepantasnya sang pujaan dijaga dan dicintai, mengingat sulitnya membuka palang pintu.

Teks: Mery Desianti
Foto: Robby Suharlim

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP