| Gita & Jeremy, 21 Februari 2009 | ||
![]() | ||
| Siapa | : | Jeremy dan Gita |
| Kapan | : | 21 Februari 2009 |
| Di mana | : | Graha Tirtadi Function Room, Jakarta |
| Tema pernikahan | : | Upacara adat yang dijalani adalah adat Jawa Tengah, yang bernama upacara Panggih. Mempelai perempuan mengenakan kebaya nasional dan mempelai laki-laki mengenakan beskap. |
![]() | ||
| Persiapan khusus | : | Latihan sungkem karena selain pasangan tidak tahu cara sungkem yang benar, tubuh calon mempelai laki-laki yang berasal dari Australia ini kurang fleksibel dan tidak bisa menekukkan kakinya. Selain itu, mereka juga melakukan latihan makan dengan tangan benar, agar upacara Dahar Kembul -mempelai harus saling mendulang atau menyuapi- bisa berjalan lancar. |
![]() | ||
| Upacara adat paling berkesan | : | Acara Sungkeman menjadi momen yang menurut keduanya sangat berkesan. Saat bersimpuh di depan orang tua, mereka tidak bisa membendung rasa haru. Posisi itu menempatkan pasangan, sebagai anak, lebih rendah dari orangtua dan hal inilah yang semakin menyadarkan pasangan bahwa pada hari yang sakral itu mereka menghadap orangtua yang telah membesarkan dan menyayangi untuk berterima kasih dan memohon doa restu. Hal lain yang juga berkesan untuk Gita dan Jeremy adalah upacara Injak telur. Upacara ini adalah perlambang mempelai akan memulai membentuk keluarga dan memiliki keturunan. Lalu mempelai perempuan mencuci kaki mempelai laki-laki sebagai wujud bakti seorang istri kepada suaminya dan sang suami, dengan kaki yang sudah tercuci, diharapkan bersih lahir batin saat menjalankan Panggih tersebut. Calon mempelai laki-laki sangat ingin melihat sang istri juga mencuci kakinya, karena kebiasaan tersebut tidak ditemukan dalam budaya barat. |
![]() | ||
| Pengalaman tak terlupakan | : | Serunya pesta pernikahan Gita dan Jeremy karena east meets west. Bahkan si mempelailah yang menerjemahkan deskripsi masing-masing prosesi ke dalam bahasa Inggris untuk dibacakan MC, untuk membantu kerabat yang tidak mengerti bahasa Indonesia dan belum pernah melihat upacara tradisional Jawa. Belum lagi ketika menyaksikan reaksi calon mempelai laki-laki melihat kostumnya (selop putih dan jas yang berpayet, serta kain), yang sangat berbeda dengan pakaian pengantin tradisional (wedding outfit) di Australia yang biasanya terdiri dari suit, pants, dasi, dan vest warna gelap. “Untungnya Jeremy cukup enjoy, meski wajahnya sempat masam juga sewaktu akan dioleskan bedak dan lipgloss,” papar Gita sambil tergelak. Teman-teman pasangan yang berasal dari Australia dan New Zealand juga sangat antusias dengan ide berpakaian tradisional Jawa. Meski pasangan ini cukup repot menyediakan kostum yang pas untuk postur tubuh bule, terutama untuk yang tingginya nyaris dua meter, sehingga kainnya harus ditambal supaya tidak menggantung. |
![]() | ||
| Fotografer | : | Ideseni Photography |
| Teks: Ari Anastasia | ||




